Laporan Keuangan Untuk Usaha Perorangan Dan Usaha Kecil

Mengapa harus membuat laporan keuangan, toh yang punya uang saya sendiri dan yang mengelolanya atau yang menjalankan bisnis juga hanya saya seorang? Barangkali itulah pertanyaan yang muncul di pikiran Anda begitu ada yang mengusulkan agar membuat laporan keuangan?
Memang betul semua uang yang digunakan adalah uang Anda sendiri dan tidak ada yang akan meminta pertanggungjawabannya, namun ada beberapa alasan di balik pentingnya menyelenggarakan pembukuan dan membuat laporan keuangan.

1. Tanpa Catatan Uang Tidak Punya Tuan
Judul di atas tidak bermaksud mengada-ada melainkan hanya ingin mengingatkan bahwa tanpa catatan tidak ada cara lain untuk memantau ke mana uang mengalir. Jangankan uang yang digunakan untuk menjalankan usaha—sekecil apapun skala usahanya, bahkan uang gaji yang diterima setiap bulan dan hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi bisa “lenyap” dan tidak terlacak atau disadari ke mana lenyapnya. Jadi satu-satunya cara untuk memastikan bahwa Anda adalah tuan dari sejumlah uang yang Anda miliki, buatlah bukti berupa pembukuan dan pantau pergerakannya.
Hubungan kita dengan uang sangatlah cair. Uang sangat mudah beralih hati dan meninggalkan tuannya. Uang tidak bermaksud mencari tuan baru, tetapi itulah sifat uang, licin dan gampang menyelinap pergi di antara jari-jari kita. Mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran menjadi keharusan, sebab dengan demikian kita dapat “mengikat” hubungan dengan uang. Jika kita harus melepaskannya maka kita tahu ke mana tujuannya dan apa ekspektasi kita; apakah kita berharap uang yang kita lepaskan itu akan kembali bersama teman-temannya atau uang itu tidak kembali namun ia mengirimkan hal-hal lain kepada kita.

2. Belajar Disiplin Mengelola Uang
Banyak sekali orang kehabisan modal usaha karena tidak sengaja menggunakan uang untuk kebutuhan pribadi padahal uang tersebut seharusnya untuk modal usaha. Sebagian melakukannya karena terdesak, sebagian lagi berpikir: “Ah, sama saja, ini kan bedanya hanya dari kantong kiri dan bukan dari kantong kanan.” Justru itu. Beda kantong harus beda pemanfaatannya! Supaya jelas saya akan berikan contoh sederhana.
Katakanlah Lulu berusaha kecil-kecilan membuat tempe. Modal awalnya hanya Rp 2.000.000 yang digunakan untuk membeli peralatan dan persediaan. Dua minggu kemudian semua persediaan seperti kedelai, daun pisang, plastik dan sebagainya habis. Lulu memeriksa uangnya di bank dan ia bergembira karena ternyata ada Rp 5.000.000 dan ia tidak membedakan dari mana saja jumlah uang tersebut. Maka dengan bersemangat Lulu pun pergi ke pasar untuk berbelanja persediaan untuk 2 minggu berikutnya. Uang yang dihabiskan untuk membeli bahan-bahan atau persediaan itu adalah Rp 750.000.
Lulu memproduksi tempe sebanyak produksi minggu sebelumnya dan dalam waktu singkat terjual habis. Dan ia memeriksa uangnya di rekening tabungan, sekarang uangnya ada Rp 3.780.000. Lulu kembali berbelanja dan menghabiskan Rp 750.000 untuk membeli bahan-bahan seperti kedelai, ragi tempe dan sebagainya.
Karena sudah terkenal, tempenya langsung terjual pada hari ketiga. Tidak itu saja, bahkan ada pesanan baru. Lulu cek uangnya di tabungan, wah…ia kaget sekali uangnya tinggal Rp 540.000 saja! Hiks! Tidak cukup untuk kulakan bahan baku! Wah, bagaimana ini?
Usut punya usut, ternyata selama sebulan Lulu telah membeli sepatu baru, baju baru dan hadiah pernikahan untuk saudaranya, semuanya menghabiskan Rp 3.350.000. Selebihnya ke mana uangnya, Lulu tidak ingat. Ya, seingatnya sih buat makan bersama teman-teman, nonton bioskop dan apa lagi? Lulu tidak pasti walaupun ia berusaha mengingat hingga jidatnya keriting seperti rambut orang Afrika.

3. Alat Memantau Kemajuan Usaha
Jika ditanya apa tujuan orang berbisnis, maka jawabannya tentu saja mendapatkan profit alias keuntungan. Setuju? Dalam contoh di atas, apakah usaha tempenya Lulu mendapatkan profit? Tampaknya iya. Berapa? Tidak jelas, bukan? Hal ini disebabkan Lulu tidak mencatat kegiatan komersial (yang berhubungan dengan bisnis). Tetapi yang paling “ngenas” adalah Lulu kehilangan kesempatan karena kehabisan modal usaha ketika ada order dalam jumlah besar. Dan percayalah, Lulu bukan satu-satunya pengusaha yang kehilangan kesempatan karena kehabisan modal usaha!
Dengan pembukuan yang baik, seorang pengusaha—besar ataupun kecil—dapat memantau kemajuan usahanya. Selain itu banyak sekali informasi bermanfaat seperti:
  • Untuk mengetahui keuntungan setiap jenis produk yang terjual agar dapat melakukan tindakan-tindakan meningkatkannya profit.
  • Sebagai dasar menghitung harga pokok.
  • Mengetahui bagaimana melakukan penghematan (mengendalikan) ongkos produksi dan biaya-biaya.
  • Sebagai informasi untuk membuat rencana-rencana yang akan datang (membuat bujet dan estimasi bisnis).
  • Sebagai dasar membuat perubahan yang diperlukan misalnya dengan adanya kenaikan harga BBM.
  • Memantau dan mengendalikan proses penagihan jika menjual secara kredit.
  • Mengetahui jumlah keuntungan sehingga dapat menentukan jumlah yang akan dijadikan (retained earning) modal kerja, sehingga usaha bertumbuh-kembang.


4. Mendidik Diri Melek Keuangan
Tidak ada yang sulit jika Anda mau belajar. Dan waktu yang dibutuhkan juga singkat, 15-30 menit perhari. Tentu saja ketika usaha Anda sudah bertumbuh dan pembukuan menjadi semakin rumit, Anda memerlukan asisten atau menyewa jasa akuntan untuk melakukannya bagi Anda. Tetapi yang terpenting adalah selama Anda melakukan pekerjaan ini Anda telah melatih diri melek keuangan, dan ini adalah bagian terpenting yang tidak dapat direbut siapapun dari Anda. Jadi, mari kita belajar cara-cara sederhana menyelenggarakan pembukuan.
Memahami akuntansi akan memudahkan Anda mengambil keputusan-keputusan penting. Contoh sederhana saja, katakanlah Anda ingin memulai bisnis baru dan untuk itu perlu menyewa tempat. Ada dua tempat yang Anda sukai, yang pertama  Rp 3.000.000 pertahun. Sedangkan yang kedua Rp 2.000.000 pertahun. Tempat usaha yang pertama lebih strategis dibandingkan tempat kedua. Anda tidak akan merasa bingung dan bertanya-tanya apakah uang sewa sebesar itu terlalu mahal atau tidak sebab dapat dihitung sendiri dengan mudahnya. Dan tentunya Anda dapat menentukan pilihan yang bijaksana bukan semata-mata karena perbedaan Rp 1.000.000, tetapi Anda mampu memprediksi mana yang lebih menguntungkan untuk jangka panjang. 

5. Mudah Dialihkan
Katakan suatu saat Anda ingin mengalihkan usaha kepada orang lain, Anda tahu harga bisnis Anda dan juga dapat memperkirakan potensi pertumbuhannya di kemudian hari sehingga Anda dapat menjualnya di atas harga yang ada saat transaksi.
Walaupun semua orang berharap yang baik-baik saja, namun jika yang diharapkan tidak tercapai, misalnya pemilik usaha jatuh sakit atau meninggal dunia, maka ahli warisnya mudah menentukan langkah selanjutnya berdasarkan catatan-catatan keuangan yang ada.

6. Sebagai Lampiran Proposal
Selain alasan-alasan tersebut di atas sebenarnya masih banyak alasan lain mengapa kita perlu menyelenggarakan pembukuan. Misalnya, suatu hari Anda melihat kesempatan mengembangkan usaha, dan untuk itu dibutuhkan modal yang besar, maka Anda dapat mengajak teman atau keluarga untuk bergabung. Atau mengajukan kredit modal usaha kepada bank. Namun bagaimana Anda melakukannya bila Anda tidak memiliki catatan apapun bahwa bisnis Anda berpotensi meraih keuntungan?

Alasan lain? Cari sendiri. Tetapi saran saya, mulailah belajar dan melakukannya. Anda dapat menguasai keterampilan ini asalkan tekun dan sabar serta mengikutinya langkah-demi langkah lalu tingkat demi tingkat naik ke kelas lebih tinggi. 

Comments

Post a Comment