Meramal Nasib

Beberapa hari yang lalu ketika sedang bersantap siang di suatu food court di Surabaya, kami didekati oleh seorang pria yang gagah dan ganteng. Aku terlanjur membalas senyumnya (bukan karena dia good looking) sebab aku mengira dia temanku sedaerah yang sudah lama tidak bertemu dan memang mirip, baik wajah maupun postur tubuhnya. Karena terlanjur tersenyum, pintu komunikasi pun terpentang lebar. Ternyata dia bukan temanku, melainkan TUKANG RAMAL! Gubrakkkkkk!
Tukang ramal ini menawarkan untuk membaca wajahku, katanya laopan niang (nyonya besar) memiliki wajah orang yang besar rejekinya (Aaaaaamiiiinnnn).
Tentu saja orang seperti aku yang lebih suka merancang masa depan dibandingkan minta diramalkan orang, tidak sudi membuka tas dan mengambil dompet besar dalam tas, mengeluarkan dompet yang lebih kecil ... dst. 

Transaksi tidak terjadi!


Namun ini bukan inti ceritanya.

Kejadian sepele ini mengingatkan aku pada kejadian beberapa dekade silam ketika aku masih mencari-cari pegangan dan sandaran, ketika aku belum benar-benar mengenal Tuhan walaupun telah memperdalam ajaran lima agama dan kepercayaan utama di Indonesia. Untuk membuat sebuah keputusan yang sangat penting dalam kehidupanku—waktu itu, aku pergi ke seorang tukang ramal yang prakteknya selalu penuh. Kepada peramal itu aku bertanya apakah keputusanku merantau ke Jakarta akan berakibat menguntungkan?

Setelah menanyakan hari kelahiranku, sang peramal mengatakan bahwa baik sekali rencanaku merantau ke Jakarta itu, aku akan seperti ikan yang menemukan lautan luas, aku akan mendapatkan pekerjaan bertaraf internasional dan akan sering melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri atau tinggal di luar negeri. Cring...cring...cring...!

Aku percaya saja apa kata tukang ramal itu, yang penting aku mendapatkan kekuatan yang kubutuhkan pada waktu itu.

Waktu berlalu hingga bertemu dengan tukang ramal keliling ini. Guuuubrakkk…! Bagaikan terbentur jidatku, aku teringat! Ternyata apa yang pernah diramalkan peramal di Pontianak beberapa puluh tahun yang lalu itu terbukti benar!

Sungguhkah demikian?

Aku mengapungkan imajinasiku di atas timeline (garis waktu) kehidupanku. Aku melihat diriku di masa lampau, seorang perempuan muda yang naif, hampir tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hidupnya sendiri dan harus membesarkan seorang anak sendirian. Tidak memiliki keterampilan yang berarti. Bahkan tidak tahu cara yang benar bermimpi. Tetapi karena tidak ada lagi yang dapat kuyakini, maka aku percaya saja pada kata-kata tukang ramal tersebut. Dan secara unconscious aku mengarahkan perjalanan hidupku menuju masa depan seperti yang diramalkannya. Terjawab sudah sebuah pertanyaan yang selama ini menggantung:—Apa yang menginspirasi diriku dalam periode tersebut?!

Benarkah ada manusia yang begitu hebat sehingga ia dapat mengetahui masa depan orang lain?

Tentu saja tidak ada manusia seperti itu. Yang sebenarnya terjadi adalah setelah mendengarkan dan memercayai apa yang dikatakannya aku menjadi terinspirasi. Karena terinspirasi aku lantas mengarahkan semua perhatian untuk mencapai masa depan seperti yang digambarkannya. Jadi sebenarnya diriku sendirilah yang mewujudkan ramalan yang dikarang-karang tanpa dasar informasi atau pertimbangan apapun.

Sebenarnya, aku juga menyadari, walaupun ramalan itu telah menginspirasi dan mengobarkan semangatku, namun tidak cukup besar. Selama puluhan tahun, aku hanya menggapai cita-cita yang tingginya sejangkauan tanganku saja. Aku belum menggantungkan cita-cita di atas langit melampaui ketinggian puncak-puncak prestasi manusia unggul. Sebab peramal itu hanya menebak dan tidak benar-benar bisa menyelami potensi-potensi terbesarku yang terbenam di dasar lautan (kehebatan pikiran bawah sadar) terdalam. Maka sebenarnya sangat riskan memercayai ‘kata orang’ sementara yang paling tahu adalah diri kita sendiri.

Jadi jangan salah menanggapi maksudku. Aku tidak menganjurkan Anda segera mencari seorang peramal. Kita dapat belajar dari pengalamanku bahwa apapun yang kita yakini akan terjadi di masa depan kehidupan kita, akan terjadi.

Mendengarkan talkshow TDW Show di Smart Fm pagi ini kembali menyegarkan ingatan kita ajaran beberapa guru pengembangan diri tentang bagaimana merancang masa depan. TungDesem Waringin sempat mengutip pengajaran Steven R. Covey (yang kini bergelar almarhum) bahwa merancang masa depan dimulai dengan akhir perjalanan hidup kita; kita ingin dikenang orang seperti apa?

Selain itu Pak Tung juga mengingatkan lagi pengajaran Napoleon Hill, Clemont Stone, Walles Wattes, Rhonda Byrne, Brian Tracy, Jim Rohn, Anthony Robbins, Les Brown, dan hampir semua guru New Age Movement cara merancang kehidupan yang diinginkan. Terdapat enam aspek yang perlu dipertimbangkan secara seksama, yaitu:
Spiritual:—Apa yang Anda inginkan secara spiritual? Menjadi orangtua asuh, mendirikan panti asuhan, mendirikan sekolah gratis, filantropis terbesar di Indonesia? Lantas tanyakan: BIG WHYMengapa penting mencapai semua ini?
Kebijaksanaan (wisdom): —Anda ingin dikenang sebagai orang yang bijaksana seperti Semar, Confusius, Buddha atau siapa? Mengapa penting bagi Anda menjadi orang yang bijaksana seperti itu?
Keuangan (financial):—Anda ingin sekaya apa (berapa besar kekayaan yang akan Anda kumpulkan secara spesifik, jadi bukan hanya menyatakan “ingin jadi kaya raya” saja. Mengapa kekayaan itu penting bagi Anda?
Kesehatan:—Tentu saja semua orang ingin sehat, tetapi tetap saja dapat ditanyakan mengapa kesehatan penting bagi Anda?
Relasi:—Seperti apa relasi Anda dengan pasangan hidup, orangtua, anak-anak, saudara dan orang-orang yang berada di sekitar Anda? Mengapa penting relasi-relasi demikian itu bagi Anda?
Sosial:—Terakhir apa peran Anda dalam kehidupan sosial? Peran-peran sosial apa yang Anda ingin dikenang orang? Karya-karya yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan berdampak positif apa yang ingin Anda hasilkan? Mengapa penting bagi Anda melakukan semua itu?

Pertanyaan ‘mengapa’ sangat penting. Sebab jawaban dari pertanyaan itu merupakan refleksi dari values dan beliefs —sistem keyakinan yang memberi kita alasan untuk melakukan hal yang satu dan menghindari hal lainnya. Sistem keyakinan kita adalah sumber motivasi setiap tindakan kita. Jadi, kalau suatu hal penting bagi kita, kita akan menemukan cara dan semangat melakukannya.

Anda juga dapat menggunakan pendekatan merencanakan masa depan yang saya gunakan: Matriks 3 Aspek 3 Goals Mencapai Outcome plus Action Plan dapat Anda temukan di buku saya “Mental Pemenang Mental Pecundang” halaman 193-202.

Sudah merancang masa depan dan action plan belum menjamin kita dapat mencapainya. Hanya tindakan nyata benar-benar memungkinkan kita mewujudkan ramalan dan rancangan yang kita kehendaki. Setelah memulai tindakan, kita juga perlu menindaklanjuti, konsisten dan mengoreksi rencana-rencana yang kurang tepat. Semua itu dapat dilakukan jika kita menentukan suatu ukuran. Sebagai contoh, bila Anda ingin menjadi orang yang bijaksana seperti yang diinginkan, Anda harus dapat menentukan ukurannya. “Saya sudah mencapai kebijaksanaan yang saya inginkan bilamana saya tidak lagi bereaksi negatif terhadap pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat saya.”

Anda akan tahu, kalau Anda sudah mencapai level spiritualitas yang Anda canangkan bilamana Anda merasakan damai dan khusyuk dalam berdoa. Memberikan yang terbaik bagi kehidupan sebagai wujub rasa syukur dan tindakan tersebut membuat Anda merasa bahagia.


Jadi kesimpulannya, Anda dapat meramal dan dengan demikian mengarang otobiografi Anda sejak sekarang. Dan apa yang bisa Anda ramalkan untuk terjadi di masa yang akan datang, dapat Anda wujudkan melalui tindakan nyata dan konsistensi.

Comments

  1. Nah ini yang di tunggu tunggu. Terima kasih ya walaupun panjang tetap saya baca mengenai Ramalan Nasib

    ReplyDelete

Post a Comment