Nativity of Christmas


Modeling Iman Maria 


Nativity of Christmas


"Terjadilah padaku
seperti perkataanmu."
Menurut tradisi Kristiani, Yesus dilahirkan oleh seorang perawan dari Nazaret yang bernama Maria. Meskipun telah bertunangan dengan seorang tukang kayu bernama Yusuf, Maria dipercaya mengandung karena kehendak Tuhan.
Kitab Suci umat Nasrani menggambarkan betapa Maria adalah seorang gadis yang saleh dan taat kepada kehendak Tuhan. Setelah ia mendengar perkataan malaikat Gabreil bahwa, ia akan mengandung karena roh kudus, Maria menjawab patuh: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”  Tetapi kemudian terbukti bahwa ini bukanlah tugas yang mudah bagi seorang perempuan muda lugu dalam lingkungan Yahudi ortodoks dan penganut hukum-hukum Taurat itu. Seorang gadis yang belum menikah—meskipun sudah dipertunangkan dengan Yusuf, kehamilannya akan menyebabkan ia dihukum rajam hingga mati. Namun Maria memiliki hati yang pasrah penuh pada kehendak Tuhannya. Bahwa Tuhan akan mengatur segala-sesuatu jika dirinya dijadikan sebagai alatNya.  Dan memang kemudian terjadi bahwa Yusuf bersedia menerimanya sebagai istrinya. Maka Maria terhindar dari ancaman hukum Yahudi yang keras.
Tiga Orang Majus
Meskipun tidak dikisahkan secara mendetail dalam Injil, kehidupan Maria pastilah tidak menjadi lebih mudah setelah menjadi istri Yusuf. Selama kehamilannya ia harus bekerja di ladang dan mengurus rumah tangga. Walaupun melahirkan “Anak Tuhan”, ia menjalani kehidupan yang tidak pasti, dan serba kekurangan.  Puncak pengorbanannya adalah ketika kandungannya kian membesar, ia harus mengikuti Yusuf ke Betlehem. Yusuf hanya memiliki seekor keledai dan sedikit bekal. Pada saat mereka masih di luar kota Betlehem, keledai itupun “menyerah” dan tidak dapat ditunggangi lagi. Maria yang sedang hamil tua itupun terpaksa berjalan tertatih-tatih, tetapi ia tidak mengeluh sedikitpun.
Perjalanan penuh penderitaan itu bukanlah sebuah perjalanan yang dikehendaki pasangan suami-istri tersebut, melainkan untuk memenuhi kewajiban sensus yang dikeluarkan oleh penjajah Kekaisaran Romawi. Namun Maria—dan juga Yusuf—tidak pernah mengeluh kepada Tuhan mereka, atau meminta dihindarkan dari kewajiban tersebut. Mereka, terutama Maria tidak pernah menuntut Tuhannya menyediakan segala kemewahan atau reward apapun.
Pada malam yang diperingati sebagai Malam Natal itu akhirnya Maria dan Yusuf tiba di Betlehem. Maria merasa sudah saatnya melahirkan, dan mereka pun segera mencari penginapan. Sayangnya, tidak ada satupun tempat penginapan yang bersedia menerima mereka. Alasannya para pemilik penginapan adalah tidak ada kamar kosong.  Besar kemungkinannya bukan karena tidak ada kamar kosong, tetapi pemiliknya tidak menginginkan seorang perempuan melahirkan di penginapan mereka. Untunglah akhirnya ada seseorang yang bersedia meminjamkan kandang ternaknya kepada Yusuf dan Maria.
Injil boleh saja melukiskan bagaimana para malaikat bernyanyi menyambut kelahiran anaknya, atau raja-raja dari Majus mempersembahkan mur, kemenyan dan emas, namun ketabahan hati Maria harus diakui di atas segalanya. Seperti diimaninya, Tuhannya akan menyediakan semuanya, maka ia beriman Tuhanlah yang telah mengirimkan orang-orang Majus itu. Tetapi penderitaan belum berakhir. Melalui mimpi, Yusuf diperintahkan untuk menyelamatkan bayi Yesus ke negeri Mesir, agar terhindar dari pembantaian Herodes, penguasa Romawi masa itu.
Bunda Gereja
Iman adalah keyakinan seratus persen pada kehendak Yang Maha Kuasa. Yakin dan percaya tanpa tanda tanya. Dan sikap ini lebih mudah dibayangkan daripada dilakukan. Kadang-kadang dapat dilakukan, tetapi jarang dapat ditekuni. Pada saat menghadapi penderitaan, orang sering lupa bahwa badai pasti berlalu. Alih-alih tabah menjalani penderitaan kita menyalahkan mengapa Tuhan memberi kita cobaan seperti itu.
Meyakini bahwa Tuhan menyediakan segala yang kita butuhkan bukan berarti kita bisa melonggarkan kewajiban kita untuk bekerja dan berusaha. Sebab berkat dan karunia sering tersamar dan satu-satunya cara untuk menemukannya adalah melalui usaha dan pengorbanan. Maria tidak akan dikenang sebagai Bunda umat Kristiani, atau Bunda Gereja jika dia menolak misi yang disampaikan Gabriel.
Sebagai manusia kita sering merasa tidak mampu sebelum memberanikan diri mencoba sesuatu. Maria hanyalah seorang anak desa yang tidak terpelajar, tetapi dia berani dititipi tanggung jawab besar, mengasuh dan membesarkan Yesus. Sebagian ibu akan merasa kewalahan mendidik putra-putri mereka dan melarikan diri dari tanggung jawab mereka. Tetapi Maria harus menghadapi seorang anak dengan intelengensi tinggi dan ia hanya mengandalkan hatinya yang lapang serta penuh kasih. Ia tetap menjalankan peranan seorang ibu sekaligus abdi seumur hidupnya. 

Comments