Orang-orang Tionghoa, di mana pun
mereka berada, dalam skala berbeda-beda akan merayakan Tahun Baru yang juga
disebut perayaan musim semi pada 10 Februari 2013. Pada hari itu kalendar Lunar
(berdasarkan bulan) jatuh pada hari pertama bulan pertama tahun 2564 dan hari
pertama datangnya musim semi. Bulan hanya akan tampak segaris—belum benar-benar
dapat disebut bulan sabit. Hal ini tidak akan menjadi perhatian untuk daerah
tropis yang justru sedang mengalami musim hujan. Orang akan lebih memperhatikan
cahaya yang dipancarkan kembang api.
Sejak kapan perayaan ini dimulai
sulit ditentukan, paling tidak sudah 2564 tahun. Akar tradisinya ada pada masyarakat Tiongkok
yang agraris. Musim semi merupakan awal baru, musim tanam baru yang membawa
harapan baru. Mereka menyatakan syukur dan harapan, dan itulah awal dari
perayaan Imlek.
Lalu apa artinya imlek? Imlek sebenarnya berarti kalendar lunar. Sedangkan kalendar yang
berdasarkan matahari disebut yanglek.
Tulisan ini tidak bermaksud membahas
sisi sejarah perayaannya, saya lebih tertarik untuk menganalisa frase-frase
yang akan sering digunakan untuk mengucapkan selamat tahun baru.
Walaupun frase-frase ini sudah ribuan
tahun digunakan sehingga telinga terbiasa mendengarnya, namun saya merasakan
hubungannya dengan neuro-linguistic,
pemberkatan, dan atau mind line yang
dapat menuntun internal state kita
menjadi lebih siap untuk menerima curahan kekayaan dan keberuntungan.
恭喜發財
Gōngxǐ fācái
Gōngxǐ fācái
Sejak reformasi di Indonesia, kita
sudah bisa membaca atau mendengar frase ini—“Gung xi fa chai”. Secara harafiah
frase ini diterjemahkan sebagai” Semoga menjadi kaya raya”. Tetapi mengapa
sangat sering diucapkan dari orang yang satu kepada lainnya? Marilah kita
artikan keempat karakter ini satu persatu.
Gōng=menghaturkan;
xǐ=kebahagiaan;
fā=berkembang/bertambahàberkelimpahan.
cái=Kekayaan.
Dengan demikian gōngxǐ fācái mengandung
arti ketulusan mendoakan dengan agar orang lain menjadi kaya-raya. Mengingat
tradisi ucapan ini disampaikan oleh orangtua kepada anak-anaknya dan
sebaliknya, maka sangat mudah diterima merupakan doa yang tulus. Namun setiap
orang dapat turut berbahagia atas keberuntungan orang lain, daripada iri hati.
Hati yang bahagia lebih siap menerima rejeki dan menarik energi positif di alam
semesta. Sedangkan iri hati mengacaukan energi positif. Apapun yang kita doakan
untuk orang lain dengan sungguh-sungguh, kita akan menerima berlipat ganda.
Jadi ini merupakan sebuah mind line
yang mengaktifkan energi positif dan internal state.
心想事成
Xīn xiǎng shì chéng
Bahwa orang Tionghoa seperti lainnya
percaya pada kekuatan pikiran dibuktikan frase di atas: “Apa yang dipikirkan
dapat menjadi kenyataan”.
Xīn=Hati atau pikiran. Simbol yang
digunakan adalah jantung bukan otak. Hal ini juga menunjukkan bahwa, yang
dimaksud bukanlah logika melainkan perasaan, impian, harapan.
xiǎng=proses berpikir atau
menginginkan. Komponen simbol adalah “mirip” secara visual ditopang komponen “hati”
menjadi proses menginginkan sesuatu mirip yang dibayangkan.
shì=urusan, pencapaian, outcome.
chéng=terjadi.
Jika seorang menghaturkan doa “apa
yang diinginkan dapat menjadi kenyataan” tentunya dibutuhkan dasar kasih dan
ketulusan yang luar biasa. Bayangkan jika frase ini sebagai mind line, maka frase ini memberikan
kekuatan dan keyakinan baik bagi yang mengucapkan maupun yang menerimanya.
Apapun yang dapat dimimpikan dapat dicapai. Ucapan ini juga sering ditujukan
kepada orang yang merayakan hari lahirnya.
年年有餘
Nián nián yǒuyú
Frase di atas berarti “tiap-tiap
tahun ada surplus”. Tentu saja doa atau harapan ini penting bagi petani. Di
daerah empat musim, surplus sangat ensensial, sebab jika panen tahun ini tidak
surplus, maka akan sangat sulit melewati musim panas, musim gugur dan musim
dingin. Dalam masyarakat modern surplus berarti tabungan—perencanaan keuangan
yang baik dan hidup berhemat.
Apakah uang Anda tiap-tiap tahun
surplus? Semoga demikian. Kalau belum ingatlah filosofi ini: Berapa pun penghasilan
Anda sisihkan sekurang-kurangnya 10 persen untuk ditabung. Bila ada penghasilan
tambahan jangan tambah pengeluaran, tapi ditabung. Barangkali dituntun filosofi
ini pula orang-orang Tionghoa pandai berhemat dan menabung.
萬事如意
Wànshì rúyi
Persoalan-persoalan hidup memang tak dapat dihindari, namun kita dapat berharap dan berdoa semoga semua persoalan dapat diatasi sebaik-baiknya. Dalam bahasa Inggris secara singkat dikatakan “good luck”.
shì=urusan atau persoalan.
rú=seturut.
yi=keinginan
Sepuluh ribu merupakan angka yang
sering digunakan orang Tionghoa untuk mengekspresikan “banyak”. Misalnya semoga
panjang umur sering disebut 萬歲Wàn suì, secara harafiah “berumur sepuluh ribu tahun. Maka frase di atas berarti “segala urusan
dapat diselesaikan dengan lancar”.
Masih banyak frase-frase lain, namun
pada umumnya merupakan variasi-variasi baru. Bagi orang Tionghoa ucapan-ucapan
yang baik akan membawa kebaikan seperti kemujuran, keberuntungan. Sebaliknya
ucapan-ucapan yang buruk akan membawa kesialan, terutama pada hari tahun baru,
sebab diyakini dewa-dewa sedang berada di Bumi dan akan mendengar kemudian
mengabulkan apapun yang diucapkan. Doa-doa akan dikabulkan, demikian pula
sumpah-serapah.
Dengan mengabaikan faktor dewa-dewa,
ucapan-ucapan yang baik—external behavior adalah refleksi internal state. Jadi
kalau kita selalu berpikir yang baik tentu saja juga akan mengeluarkan
kata-kata yang baik.
“Cara yang paling cepat dan tepat untuk memahami pikiran adalah melalui
lidah. Gunakanlah lidah demi kebaikan orang lain. Jika engkau berpikir baik
tentang sesamamu, engkau juga akan berbicara baik tentang mereka.” Tulis Ibu Teresa dari Kalkuta yang
saya percaya tak pernah merayakan Imlek tetapi berbagi kebijaksanaan yang sama.
Menakjubkan bukan?
Jadi tidak aneh kalau saya juga
menghubungkan frase-frase di atas dengan neuro-linguistic
dan mind line. Dan saya
bersungguh-sungguh ingin menghaturkan selamat Tahun Baru kepada Anda semua.
Semoga di tahun yang baru Anda selalu berbahagia, sukses dan sehat serta
sejahtera.
Comments
Post a Comment