Tak dapat dipungkiri bila sebagai pimpinan organisasi,
manager, supervisor atau Team Leader Anda pasti memiliki bawahan yang harus
Anda pimpin untuk bersama-sama mencapai visi perusahaan/oraganisasi. Hingga
awal 1990-an, leadership masih dipandang sebagai sebuah keterampilan
interpersonal skills, artinya bagaimana seorang memimpin yang lain. Untuk itu
pemimpin dituntut harus memiliki personal power, sumber daya dan kecakapan
memimpin. Leadership dapat dipelajari, begitu yang sering didengungkan dan
banyak orang kemudian berusaha belajar menjadi seorang pemimpin. Sukses? Ya.
Banyak yang sukses dan banyak pula yang tidak mencapai sasaran. Stres atau burn
out serta politik kantor tetap menyerang hampir setiap karyawan—terlepas dari jabatannya
pada struktur organisasi.
Apa yang
salah? Manager mendapatkan kesempatan menghadiri seminar leadership,
memperdalam interpersonal skills. Tetapi bagaimana sebenarnya mereka
mengaplikasikannya setelah selesai seminar dan kembali ke tempat kerja?
Leadership
yang diadopsi dari kepemimpinan militer seperti Sun Tzu Pin Fa (Strategi
Militer Sun Tzu) condong kepada memimpin dengan otoriter. Sudah pasti jenderal
lebih penting dibandingkan prajurit. Salah-satu pewujudannya adalah jajaran
eksekutif mendapatkan kesempatan mengikuti seminar dan pelatihan hingga ke luar
negeri dan ketika kembali ke ‘camp’ semakin piawai memerintah. Sedangkan
bawahan hanya diwajibkan menurut dan menjalankan perintah.
Bagaimana
mereka mengaplikasikan interpersonal skills? Pertama ketika berhubungan dengan
bos mereka sendiri. Kedua ketika berhubungan dengan customer perusahaan. Sebagai
contoh, saya—waktu itu—mudah tersenyum, mengalah dan merayu di hadapan customer
dan pandai bernegosiasi dengan supplier untuk mendapatkan harga yang pantas.
Tetapi saya tidak merasa perlu atau bahkan tidak ingat bahwa interpersonal
skills juga perlu diaplikasikan ketika berhubungan dengan bawahan. Kalau pun
saya ingat, mereka tidak mampu mengimbangi sehingga seperti berdansa diiringi
musik yang berbeda.
Selalu ada
jarak yang jelas antara atasan dan bawahan. Jika atasan terlalu ‘baik hati’
terhadap bawahan, bawahan menjadi besar kepala dan akhirnya ngelunjak.
Sebaliknya jika atasan terlalu keras, anak buah membangkang dan membenci
atasannya. Antara rekan sejawat selalu ada perasaan iri dan dengki atau
persaingan tidak sehat. Hal ini menyebabkan tidak adanya saling percaya atau
trust.
Relasi
timpang seperti disebutkan di atas melahirkan konflik berkepanjangan. Bos tidak
menyukai bawahannya, dan bawahan tidak menyukai bosnya sementara mereka saling
membutuhkan.
Akhirnya, jalan tengah ditemukan! Coching dan mentoring.
Dalam coaching, bos tidak saja penting memiliki interpersonal skills, tetapi ia dituntut pula untuk mampu mengaplikasikannya dengan siapa saja ia berinteraksi. Tidak peduli apakah itu bosnya, pelanggan, calon pembeli, pemasok, rekan sejawat dan bawahan.
Supaya
mampu mengaplikasikan interpersonal skills orang harus menguasai intrapersonal
skills. Istilah NeuroLinguistic Programming (NLP) untuk intrapersonal skills
adalah congruence, harmonis di dalam
diri—senter.
Menurut
pendekatan yang sama—NLP, interpersonal skills bukan sekedar keterampilan
memengaruhi orang lain dalan setiap interaksi, tetapi menciptakan archetypic
energies field (medan energi positif) yang memberdayakan semua pihak. Ketika
energi positif mengalir, maka memengaruhi dan dipengaruhi hanyalah dua hal yang
sama pentingnya.
Relasi
coaching adalah relasi jangka panjang dan interaksi memberi dan menerima
sehingga baik manager maupun staf sama-sama bertumbuh kembang menjadi pribadi
sukses. Dalam relasi yang sehat, manager
atau atasan/bos berperan sebagai coach sedangkan bawahan atau staf/karyawan
sebagai klien.
Supaya proses coaching berlangsung
efektif, maka perlu memerhatikan minimal dua hal berikut ini: Tugas (task) dan relasi antara coach dan klien.
Tugas dapat ditinjau sebagai konten
atau sesuatu yang dilakukan, misalnya bagaimana menjalankan management meeting
yang efektif, membuat laporan keuangan, memproduksi suatu barang, memberikan
pelayanan kepada pelanggan dan sebagainya.
Relasi antara coach dan klien sangat
menentukan sukses tidaknya suatu proses coaching. Dalam struktur organisasi
siapa saja dapat berperan sebagai coach. Manajer berperan sebagai coach bagi wakil
manajer, supervisor, team leader, atau staf yang bertanggung jawab langsung
kepadanya. Seorang team leader berperan sebagai coach bagi tim yang
dipimpinnya. Hubungan coach-klien dapat pula berlangsung antara dua rekan
sejawat, misalnya seorang technical advisor kepada salesperson, seorang IT
expert kepada pengguna program komputer tertentu, seorang HSE (Health Safety
Environment) Officer kepada staf departemen lainnya dan seterusnya.
Tentu saja coaching tidak
mengeliminasi leadership sebab dalam coaching leadership diaplikasikan untuk
memimpin diri sendiri dan orang lain dalam suatu problem space untuk mencapai
tujuan (gol/target) dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Applicable
NLP~High Impact Coaching Skills® menginkorporasi kebutuhan dan
cara-cara mencapai sukses tanpa stres dengan meningkatkan keterampilan peserta
dalam hal: seni dan keterampilan berkomunikasi mencakup interpersonal dan
intrapersonal. Keterampilan menyusun rencana coaching dan mengaplikasikannya.
Selengkapnya program yang akan dilaksanakan 26 dan 27 September 2013 di Jakarta
adalah seperti di bawah ini.
Teknik
komunikasi dengan pendekatan NLP merupakan teknik yang sangat mengagumkan. Pada sesi ini peserta akan mempraktekkan
rapport, memahami bahasa non-verbal, mirroring dan
pacing leading. Keterampilan high impact dalam coaching.
Perilaku
kita dipandu oleh values dan beliefs. Perilaku berada di level yang berbeda
dengan values dan beliefs. Keyakinan-keyakinan kita menentukan cara pandang
kita terhadap lingkungan dan membentuk kepribadian kita. Inilah 4 dari 6 level
neurological penting. Dalam sesi ini kita akan menerapkan NeuroLogical Levels
ke dalam coaching, sehingga peserta akan menjadi coach yang congruent.
Pada
sesi ketiga peserta akan mempraktekkan cara-cara menyusun materi coaching
sesuai kebutuhan masing-masing menggunakan pendekatan Harvard Business
Essentials dan NLP
Pada
sesi ini peserta akan mempraktekkan dan eksperimen materi yang disusun dengan
menginkorporasikan pembelajaran pada sesi-sesi sebelumnya. Peserta akan
mendapatkan feedbacks atau umpan balik yang dapat dimanfaatkan untuk coaching
sebenarnya.
Pada
sesi ini peserta akan belajar bagaimana memberikan dan menerima feedback yang
efektif. Kesuksesan Coaching dan counseling selalu tergantung pada
masukan-masukan karena itu penting bagi peserta untuk menguasai dan
mengaplikasikannya secara efektif. Peserta juga akan menguasai bagaimana
memberikan feedbacks kepada diri sendiri dan belajar dari kesalahan-kesalahan
yang dilakukan.
Pada
sesi ini kita akan merangkum semua teknik yang telah dipelajari dan merancang
rencana mengaplikasikannya di tempat kerja dan keseharian.
Setelah mengikuti workshop ini peserta diharapkan dapat melakukan
coaching dan counseling dengan hasil terukur. Semakin percaya diri dan
menikmati proses men-coaching (mendampingi coachee mencapai kinerja yang diharapkan
organisasi/perusahaan) dan pertumbuhan pribadi.
Selain manfaat di atas, apalagi yang akan diterima peserta?
Betul! Peserta akan menerima sertifikat sebagai Advanced Business NLP Coach yang prestise! Hubungi sekarang juga:
info@ernijulia.com
Tempat terbatas, hanya untuk maksimal 10 orang, angkatan pertama 26-27 September 2013 SOLD OUT hingga perlu ditambah kelas 4-5 Desember 2013. Segera dapatkan info lebih lanjut dan formulir pendaftaran.
Luar biasa artikel nya sesuai dengan apa yang saya pelajari dan lakukan saat ini karena banyak relasi2 kerja yang masih terlalu ngegroup2an apa lagi dalam berteman,,,sip2 biasa aya baca berulang artikel tsb, trims
ReplyDeleteHi Yani,
ReplyDeleteTerima kasih untuk komentarnya. Menurut pengalaman saya ada dua kemungkinan untuk maju dan sukses di dunia kerja. Pertama: Majukan orang lain dan tidak mungkin tidak kita ikut terangkat atau terangkut.
Kedua: Bila tidak bisa atau belum siap memajukan orang lain, setidaknya kembangkan potensi diri sendiri dan berusaha tidak menghambat jalan orang lain.
Salam berdaya!!!