Mengapa Sulit Menjadi Kaya?
Apa reaksi Anda mendengar
pertanyaan di atas? Sebagian orang akan cepat-cepat menjawab: “Nasib!”
Apapun pendapat Anda, namun
setelah saya merenungkan cukup lama sebelum menulis artikel ini saya menduga
penyebab sulitnya menjadi kaya dikarenakan orang sulit menabung.
Begitu sederhana? Yang benar saja!
Mungkin begitu reaksi Anda berikutnya. Jika benar
sesederhana itu, pastinya sudah banyak orang menjadi kaya raya. Nyatanya 90
persen populasi dunia ini bukanlah orang yang dapat dikategorikan kaya. Hanya 0.001
persen saja yang betul-betul kaya raya. Masa sih 90.00 hingga 99,99 persen orang tidak
menabung?Begitu sederhana? Yang benar saja!
Sebelum kita membahas lebih lanjut, mari kita pahami dulu arti kata K-A-Y-A.
Kaya adalah ukuran yang relatif, namun kata ini sangat menarik perhatian.
Kaya bukan berarti memiliki
uang triliunan. Kaya adalah kondisi ketika seseorang telah bebas secara
finansial. Artinya ia tidak perlu lagi bekerja dan tetap dapat menjaga gaya
hidup yang diinginkannya. Uang yang tadinya dikumpulkan melalui kerja keras
sekarang sudah dapat bekerja untuk mencari lebih banyak uang lagi.
______________________________________________________________
Lalu apa hubungannya dengan
menabung? Jawabannya: Semua dimulai dari
menabung.
Namun mengapa menabung itu
sulit?Lalu apa hubungannya dengan menabung? Jawabannya: Semua dimulai dari menabung.
Ada banyak alasannya. Walaupun
hampir semua orang akan mengakui kalau dirinya tahu pentingnya menabung. Tetapi
untuk menabung sejak usia muda dan konsisten sangatlah sulit bagi kebanyakan
orang. Disiplin dan mengekang diri agar tidak membelanjakan uang yang di tangan
saja tidak cukup.
Menyadari kesulitan di atas,
saya pun merefleksi pengalaman pribadi dan saya menemukan sebuah pelajaran
penting. Menabung bukan perkara disiplin. Tidak cukup pula hanya tahu; menabung
itu penting. Belum tentu berhasil walaupun Anda mengaplikasikan tip dan trik
yang sering diajarkan ahli keuangan; yaitu menabung sedikit-sedikitnya 10
persen dari gaji atau penghasilan.
Langkah pertama: Berdamai dengan masa lalu
Siapapun kita, kita sudah
terprogram oleh lingkungan, utamanya orangtua, kakek-nenek, paman-bibi dan
saudara yang lebih tua. Yang paling berperan tentu saja orangtua. Sejak balita
kita belajar memodel atau meniru perilaku orangtua. Dalam hal uang, jika orangtua
kita tidak berpunya atau sering mengalami kesulitan, maka sejak kecil kita
pasti telah mendengar pertengkaran-pertengkaran yang berputar sekitar masalah
uang. Tanpa disadari kita pun menjadi ketakutan
tidak memunyai uang. Uang menjadi sesuatu yang jahat dan menimbulkan
kesulitan. Bila secara kebetulan—setelah dewasa, berpenghasilan besar, mereka
tetap takut tidak punya uang dan tidak bijaksana mengelola uang.
Ketika kita mulai bersekolah
dan mulai bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan keluarga inti, kita pun
pasti bertemu dengan segelintir orang yang berpunya. Dalam pandangan kita
mereka berbeda dengan kita. Mereka beruang, bebas membeli jajanan atau mainan
dan kita mulai iri hati. Tidak saja iri hati, di saat yang sama kita merasa
rendah diri.
Lalu bagaimana dengan subjek
iri hati kita? Apakah setelah dewasa mereka otomatis menjadi kaya raya karena
orangtuanya kaya dan mampu memberi mereka uang saku yang banyak? Tidak selalu
begitu. Mereka ini biasanya menjadi orang-orang yang konsumtif alias boros dan
sering tidak menabung. Mereka memang tidak pernah merasa takut tidak punya
uang, tetapi mereka pun tidak mampu menghargai uang.
Entah Anda termasuk golongan
yang pertama atau yang kedua, kembalilah ke masa lalu dan terimalah bahwa
itulah diri Anda. Maafkan orangtua dan keluarga Anda bahkan diri sendiri.
Langkah kedua: Bersahabat dengan uang
Jadikan uang sebagai sahabat
Anda. Anda tidak perlu takut tidak punya uang kalau Anda tahu bagaimana
mengelola dan mengembangkannya. Kondisi keuangan Anda pasti akan semakin baik
dari waktu ke waktu tak peduli berapapun penghasilan Anda. Sebagai sahabat, Anda
dapat memanggil uang datang setiap saat dibutuhkan. Bila Anda mengetahui orang
lain memunyai banyak uang, jangan sekali-kali menaruh iri hati, melainkan
merasa ikut senang karena kalau orang lain bisa punya banyak “sahabat yang
bernama uang”, Anda pun bisa!
Bila Anda sejak kecil terbiasa
boros, Anda bagaikan orang yang menyebalkan dan membuang-buang sahabat—uang.
Kurang menghargainya, maka tetapkan hati untuk menghargainya mulai sekarang.
Perlakukan sahabat Anda dengan baik, maka ia pun akan membalas kebaikan Anda
dengan membantu setiap kali dibutuhkan.
Sekarang … carilah tempat yang
sepi di mana Anda tidak akan terganggu orang lain. Keluarkan semua uang Anda
dari dompet. Pegang dengan cara lembut, jangan digenggam, apalagi
diremas-remas. Pegang dengan lembut dengan perasaan bersahabat. Katakan kepada
uang: “Mulai sekarang aku akan memperlakukan kamu dengan baik, sebab kamu
sahabatku dan kamu akan selalu membantuku ketika aku membutuhkan kamu. Aku akan
merawat kamu dengan baik, tapi aku juga akan percaya kepadamu seperti aku
percaya pada sahabatku.”
Langkah ketiga: Mulai Menabung
Menabung adalah kegiatan
positif dan bila sudah terbiasa akan terasa menyenangkan. Ketika hasil tabungan
mulai bertambah, kita merasa aman, senang, dan percaya diri pun timbul.
Perasaan-perasaan yang sama seperti ketika kita di kelilingi sahabat-sahabat
kita.
Menabung bukan “kalau ada sisa”
tetapi disisihkan. Ibaratnya Anda memberi perhatian kepada sahabat Anda, kan? Jadi
begitu Anda menerima penghasilan ataupun gaji; segera bagilah seperti contoh berikut.
Ø 10% untuk amal; misalnya untuk membayar zakat atau
menyumbangkan untuk kegiatan amal lain.
Ø 20% Tabungan wajib. Bagian ini dapat diinvestasikan dalam
bentuk deposito atau tabungan jaminan hari tua.
Ø 10% Tabung untuk biaya peningkatan diri; misalnya untuk
membeli buku, ikut kursus dan sebagainya.
Ø 40% Manja: Yaitu untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga;
jajan yang wajar, beli pulsa dan sebagainya. Namun jika Anda memiliki hutang,
maka usahakan Anda mencicil/mengangsur dari bagian ini. Dengan demikian Anda
harus mengetatkan pengeluaran dan menahan diri hingga hutang Anda lunas.
Ø 20% Tapan (Tabungan masa depan) dialokasikan untuk modal
usaha atau berinvestasi dengan tujuan melipatgandakan. Tentu saja Anda tidak
bisa menabung modal usaha jika masih berhutang. Jadi secepatnya lunaskan hutang
Anda supaya dapat segera mulai mengumpulkan modal kerja.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan nantikan tulisan-tulisan berikutnya yang berhubungan dengan mengelola keuangan. (EJK)
Comments
Post a Comment