Cerdas Memilih Training Sertifikasi NLP

Busur dan Anak Panah 
    

Sang Pemanah


Akhir-akhir ini banyak sekali workshop dan seminar berbasis NLP ditawarkan kepada masyarakat. Ada yang menargetkan calon-calon trainer dan ada yang menargetkan para profesional serta masyarakat umum. Khusus untuk Anda yang tadinya tidak tahu apa itu NLP atau pertama kali mengikuti suatu workshop NLP, maka sebelum memutuskan untuk mengikuti suatu workshop sebaiknya Anda menetapkan terlebih dahulu apa tujuan yang ingin dicapai? 
  • Apakah Anda sekedar ingin tahu? 
  • Gemar mengikuti seminar / workshop? 
  • Mau memiliki perilaku efektif dalam bidang profesi Anda?
Belajar dari Robert Dilts akhirnya (2009)
NLP dapat diibaratkan benda cair. Jika Anda ingin belajar NLP, Anda harus menyediakan diri Anda sebagai wadahnya. Ukuran dan bentuknya hanya Anda sendiri yang dapat menentukannya. Dari sisi penyelenggara pelatihan, dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) tipe; yang pertama adalah isi wadah murni. Artinya pemimpin workshop tersebut belajar NLP pada gurunya dan apa-apa saja yang dipelajari dikucurkan kepada Anda semampu ia mengingat dan sebanyak ia menguasai. Dengan kata lain Anda akan mempelajari NLP tools  yang baku. Anda mungkin akan mengetahui banyak hal tentang NLP, berkenalan dengan beragam teknik, kemungkinan sangat kecil Anda akan menguasainya hingga mendarah daging dan masih ingat untuk jangka waktu lama. Kemungkinan pelatih Anda akan menerangkan setiap teknik dan tool yang terdapat dalam NLP, setelah itu ia akan mengundang sukarelawan untuk maju ke depan kelas. Jangan ragu sedikit pun bahwa pelatih Anda kompoten melakukan coaching dan memfasilitasi sang sukarelawan. Menurut pengamatan saya, sukarelawan pada umumnya juga merupakan orang yang mudah terinspirasi.

Tipe kedua; menyediakan wadah dengan isi yang telah tercampur oleh pengalaman pribadi, pengetahuan manajemen, psikologi dan sebagainya. Pelatih yang telah menguasai interpersonal dan intra-personal skills ini, akan melatih dengan menggunakan tools, dan teknik-teknik NLP sesuai kebutuhan Anda--tailored made, bukan koveksian. Dengan demikian Anda akan mampu meningkatkan Behavior Quotient Anda dan berguna untuk jangka panjang.

Menguasai BQ memungkinkan Anda mengembangkan diri secara berkesinambungan dan berlipat ganda. Sama seperti tipe pertama, tipe kedua pun handal coaching dan memfasilitasi setiap sukarelawan yang mau maju ke depan kelas. Namun tipe pelatih ini dapat juga mudah tertantang oleh penolakan peserta. Masalah sesulit apapun baginya selalu dapat difasilitasi.

Saya tidak bermaksud memilih tipe mana yang terbaik. Sesuaikan saja dengan kebutuhan dan kesenangan Anda. Saran saya sebelum Anda mendaftarkan diri untuk mengikut suatu workshop pelajari terlebih dahulu kompotensi profesional pelatihnya. Pertimbangan berikutnya adalah apakah sebaiknya Anda mengikuti workshop yang dipimpin oleh pelatih berlisensi atau bersertifikasi? Jawabannya juga tergantung tujuan Anda belajar NLP. Apakah Anda ingin menjadi pribadi dengan perilaku efektif yang akan melakukan apa yang Anda lakukan dengan hasil lebih baik atau Anda bermaksud mengumpulkan sertifikat? Lagi pula, siapa yang mengontrol pelisensian (khusus) NLP di Indonesia bahkan di dunia? Apakah institusi-institusi NLP akan memperkarakan Anda di pengadilan jika Anda mengikuti suatu workshop yang diselenggarakan oleh orang atau lembaga yang tidak berlisensi? Saya yakinkan Anda, tidak! Tidak ada seorang pun , --pengadilan manapun--berhak atau memiliki dasar memerkarakan seseorang hanya karena ia mempraktekkan NLP dan oleh sebab itu ia lebih bersemangat bekerja sehingga mendapatkan promosi. Atau ia lalu merancang training yang menggunakan NLP dan banyak sekali pesertanya?Lalu bagaimana dengan sertifikasi? Beda dengan lisensi, sertifikasi diperoleh seorang pelatih NLP setelah ia sendiri mengikuti pelatihan oleh instruktur atau pelatih lain yang juga tersertifikasi. Anda tentu saja akan lebih suka belajar pada seorang pelatih yang telah menempuh pelatihan lebih dari 160 jam daripada belajar dengan seseorang yang hanya pernah belajar NLP selama dua hari?NLP, seperti halnya metode lain, bagaikan sebatang busur, di tangan pemanah yang berbeda akan meluncurkan anak panahnya dengan kekuatan, kecepatan  dan ketepatan berbeda pula. 

Pemanah Mahir Karena Sering Berlatih
Lalu mengapa seseorang perlu mengikuti workshop? Apakah NLP dapat dikuasai dengan belajar otodidak? Jawaban tergantung apakah dia sedang menyiapkan diri menjadi seorang praktisi ataukah hanya tertarik untuk sekedar mengetahui (baca: pengetahuan). 

Pertama kali ikut workshop NLP dengan Bapak Wiwoho.
Menurut hemat saya, karena NLP merupakan skill (keterampilan), maka cara belajar yang efektif adalah learning by doing. Di samping itu teknik NLP diciptakan dengan tujuan untuk melakukan terapi, maka kesempatan memodel perilaku trainer, kemudian langsung mempraktekkannya sangat penting. Jika seseorang tetap memutuskan untuk belajar sendiri maka saya menyarankan agar setelah membaca dan memahami suatu materi, ia harus mendapatkan seseorang untuk mempraktekkannya. Dan alangkah baiknya jika ia juga mendapatkan seorang observer, jadi berlatih bersama dua orang teman akan sangat mendukung proses pembelajaran. Jika seseorang hanya membaca buku, maka mungkin saja ia dapat menguasai beberapa teknik tidak melibatkan coaching dan modeling serta somatic syntax.  Berinteraksi dengan banyak peserta lain juga merupakan suatu kesempatan yang sangat membantu proses pembentukan kepercayaan diri dan membangun people skill yang tak akan diperoleh seorang otodidakPeserta dengan latar belakang budaya berbeda juga membuka kesempatan untuk mempelajari human nature, suatu pembuka mata bahwa ternyata perbedaan warna kulit, dan rambut tidak perlu sama-sama hitam memiliki pola berpikir dan berperilaku yang dapat diidentifikasi sebagai keseragaman universal.      

Berfoto bersama Jules & Chris Collingwood 
dan peserta workshop Process Coaching di 
Sydney, Autralia (2006).
Akan halnya pengalaman saya, saya pertama kali mengenal NLP ketika mengikuti workshop Managing with NLP yang dipimpin Bapak Drs. R.H. Wiwoho di awal tahun 2005. Setelah "mengicip" NLP di kelas workshop Pak Wiwoho, saya memutuskan untuk mendapatkan sertifikasi coaching, sebab saya berencana mendirikan business coaching, maka saya mengikuti Process Coaching with NLP di Inspiritive, Sydney, AU. (2006). Workshop ini membuka kesempatan belajar langsung dari John Grinder, co-founder NLP yang bagi sebagian orang seperti bertemu pertapa sakti. Tahun 2006 saya mendapatkan sertifikasi Advanced NLP Coach langsung dari John Grinder bersama-sama Ibu Poedjiati Tan yang sekarang merupakan partner saya di NLP Coach Indonesia. 
Poedjiati Tan, John Grinder dan saya. 
Berfoto bersama setelah sesi "pemecahan papan" 
dengan tangan kosong. 
Keuntungan lain mengikuti workshop sertifikasi NLP menurut saya pribadi adalah kesempatan untuk memproses berbagai hambatan mental diri kita sendiri. Ibaratnya kita membayar tuition-fee dan mendapatkan bonus life coaching.  Setelah mendapatkan sertifikasi Advanced NLP Coach dari John Grinder saya mengikuti NLP Practitioner bersama Barney Wee, dari Singapore. Sekali lagi di sini saya mendapatkan kesempatan berinteraksi peserta dari latar belakang berbeda yang memperkaya khazanah kemanusiaan saya. Selain itu dedikasi tinggi yang ditunjukkan Barney menginspirasi saya untuk menjadi seorang trainer NLP yang baik. Dalam workshop ini saya telah 

Selama 10 hari bersama-sama, saya berkesempatan mengenal peserta lain dari dekat, dan hingga kini terus saling berhubungan.
Ketika sedang mengikuti workshop practitioner saya telah  tahu apa yang akan saya lakukan setelah memensiunkan diri dari perusahaan di mana saya sedang berkarya waktu itu. Saya ingin menjadi seorang NLP Trainer di samping terus menekuni business coaching dan consulting yang telah bertunas masa itu. Untuk itu sekali lagi saya harus menentukan arah. Lembaga mana yang akan saya tuju setelah mendapatkan sertifikasi Master Practitioner NLP? 

Bersama Trainer Barney Wee dan peserta lain sesaat setelah
menyelesaikan program sertifikasi Master Practitioner NLP di
Singapore (Maret 2008).
Setelah melakukan riset akhirnya saya merasa sangat yakin untuk mengambil sertifikasi NLP Trainer di NLP University, Santa Cruz, Amerika Serikat. Meski pun saya tertarik untuk berguru kepada co-founder NLP satunya, Richard Bandler, namun apa yang dilakukan Robert Dilts dari NLPU selama tiga dekade terakhir sungguh menarik. Meskipun tak pernah diakui sebagai NLP co-founder, tapi Robert Dilts sebenarnya seorang pengembang yang tak pernah lelah. Di samping itu menginjakkan kaki di tanah kelahiran NLP tiga dekade yang lalu sulit ditolak. Karena akhir tahun 2008 saya masih menuntaskan serah-terima pekerjaan supaya bisa memensiunkan diri, keinginan saya untuk segera berangkat ke NLPU tertunda setahun. Barulah pada bulan Juli 2009 saya berhasil mewujudkan impian saya, mendapatkan sertifikasi Trainer & Consultancy dari NLPU. 

Selesai mengikuti NLP Trainer and Consultancy di NLPU,


(Robert Dilts), Santa Cruz, California, USA (2009). Saya
duduk di barisan depan, no.3 dari kanan. 
Certified sebagai NLP trainer and consultancy bersama 65 trainer lainnya dari segala penjuru dunia belum berarti saya sudah merasa cukup banyak belajar. Rencananya tahun 2011 saya akan kembali ke NLPU untuk mendapatkan sertifikasi sebagai Master Trainer. Membaca buku-buku NLP, menulis dan terlibat dalam berbagai projek pengembangan NLP merupakan kegiatan belajar bentuk lainnya. Tentu saja, memberikan training merupakan kegiatan pembelajaran yang paling memberdayakan seorang NLP Trainer/Coach. Cita-cita ke depan saya ingin menggabungkan filosofi Timur dengan NLP dan memasyarakatkan NLP di tanah air tercinta ini. Memperkenalkan NLP kepada kaum muda yang masih duduk di bangku kuliah dengan harapan akan membantu kaum muda menemukan sumber daya dan potensi diri. 
             

Comments

  1. Seorang teman bertanya melalui email seperti berikut ini (saya copy pasted):

    Salam Sejahtera,Bu..
    Sangat menarik sekali tulisan Ibu ttg cerdas memilih sertifikasi NLP,seperti bunyi pepatah :sekali dayung,dua tiga pulau terlampaui..mengajak dan menyerdaskan.
    Seperti yg pernah saya sampaikan pd ibu,dengan izinNya sy akan mengikuti training agar kompetensi sy meningkat dan diakui seiring dgn peningkatan karir sy juga.
    kalau boleh kita flashback,sy ingin bertanya pd ibu..dulu apa motivasi ibu utk mendapatkan sertifikasi? jika sy melihat trainer2 NLP yg lain,mereka sy lihat merintis jalan dr belajar otodidak dr buku,lalu praktek,bertanya pd ahlinya,lalu praktek..dan stlh tiba saatnya,sertifikasi itu datang saja dengan sendirinya.
    apa yg saya rasakan saat ini spt itu jg..ketika bertekad bljr NLP,sumber daya pendukung datang dgn sendirinya..hingga hari ini sy bisa berkomunikasi dgn Bu Erni.
    trimakasih,Bu atas jawabannya.

    Salam Berdaya,

    Wira

    ReplyDelete
  2. Saya akan menjawab pertanyaan Mas Wira: Apa motivasi saya untuk mendapatkan sertifikasi dengan singkat: saya ingin memastikan bahwa saya certified (layak) menjadi trainer/coach/facilitator NLP sebab saya tidak ingin mengecewakan siapa pun yang berniat baik untuk belajar NLP.

    ReplyDelete
  3. jadi tertarik untuk ikutan sertifikasinya,....
    apa mungkin sebaiknya peserta yg ingin latihan
    bekerja sama dengan para perusahaan training juga ya untuk mendapatkan
    "sesi applikasi" setelah ikutan training for practitioners ya?

    ReplyDelete
  4. Ibu apakah saat ini Ibu sudah punya kelas training untuk mjd praktisi sampai dengan mjd trainer NLP di Indonesia? sy tertarik ingin mjd trainer nya... pendidikan apa sj yg musti sy lewati.... khususnya yg ada fi Indonesia.
    Terima kasih.

    ReplyDelete
  5. Permisi bu, saya ingin bertanya-tanya tentang NLP. Apakah ada kontak email atau lainya yg bisa dihubungi. Saya tertarik dengan NLP. Tapi melihat biaya dan kemampuan ekonomi saya, saya rasa harus berpikir apa memang berguna bila saya mempelajari NLP. Oleh sebab itu saya ingin bertanya-tanya tentang NLP, terlebih kepada ibu, karena niat ibu mempelajari NLP bukan semata demi keuntungan.

    ReplyDelete
  6. Slamat malam coach....sy brminat ikut pelatihan NLP...mohon informasinya. Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mengontak saya. Sementara ini masih ikutan libur pandemi Covid-19. Pak.

      Delete

Post a Comment