Apa yang dapat kita pelajari dari dongeng?
Jubah baru setiap hari. |
Syahdan, hiduplah seorang kaisar yang sangat suka
mengenakan jubah baru. Para penenun kain, perancang busana dan tukang jahit
terbaik seluruh negeri bahkan juga dari negeri jiran didatangkan untuk
membuatkan jubah baru. Jumlahnya nggak kira-kira, 365 jubah setiap tahun. Ya,
memang Kaisar ingin mengenakan jubah baru setiap hari.
Tertipu! |
Suatu hari
datanglah ke istana 2 orang penipu. Mereka
mengaku memiliki keahlian menenun sekaligus menjahit jubah sutera yang
keindahannya akan mengalahkan semua keindahan jubah koleksi sang Kaisar. Untuk
itu mereka minta dibuatkan alat tenun yang besar dan disediakan benang-benang sutera serta benang-benang emas dalam
jumlah banyak sekali. Tidak itu saja, mereka juga minta agar di sekeliling alat
tenun dipasangi ratusan batang lilin sehingga keadaannya menjadi
terang-benderang di malam hari. Kedua penipu itu memang hanya bekerja di malam
hari saja.
Dan
mulailah kedua penipu itu beraksi. Mereka berpura-pura sedang melakukan
kegiatan menenun tanpa menyangkutkan selembar benangpun. Orang-orang yang
mengawasi kelakuan mereka menjadi heran.
“Apa sih yang kalian berdua kerjakan? Hanya memuter-muter alat penenun tapi tidak kelihatan selembar benang pun?” Tanya orang-orang keheranan.
“Hah?!
Itulah keistimewaan tenunan kami. Orang pandir dan orang yang tidak memiliki
hati yang jujur tidak akan bisa melihat kain yang kami tenun. Hanya orang yang
bijaksana dan jujur saja yang bisa melihatnya.” Demikian jawab kedua penipu itu
setiap kali ada yang bertanya.
Cerita
tentang kedua penenun dan kain tenunannya yang ajaib alias tidak kasat mata segera tersebar luas. Setiap orang yang
mencoba membuktikan kalau dirinya bisa melihat kain yang sedang ditenun dengan
giat oleh kedua penenun itu, menemukan kenyataan bahwa mereka tidak melihat
apa-apa. Namun karena tidak ingin disebut pandir atau tidak jujur, semua
orang yang datang melihat akhirnya mengaku dapat
melihat keindahan kain yang sedang ditenun. Mereka meninggalkan tempat tenunan
sambil memuji-muji keindahan kain yang sedang dikerjakan kedua penipu tersebut.
Alat tenun kosong |
Suatu hari
Kaisar mengutus Perdana Menterinya yang terkenal sangat pandai dan bijaksana
itu untuk memeriksa hasil pekerjaan kedua penipu itu. Sang Perdana Menteri pun
pergi melaksanakan tugasnya. Tiba di tempat di mana alat tenun itu ditempat
didapatinya kedua penipu itu sedang giat bekerja. Gerak-gerik keduanya memang seolah-olah sedang tekun menenun.
“Bagaimana progres pekejaan kalian?” Tanya Perdana Menteri.Kedua
penipu itu pura-pura terkejut dan buru-buru memberi hormat. “Kami hampir
merampungkan pekerjaan kami. Seperti yang Tuan bisa saksikan sendiri, selembar
kain sutera bersulam emas yang sangat indah. Ini, silakan Tuan periksa.” Kata
salah satu penipu itu sambil seolah-olah mengangsurkan sesuatu kepada Perdana
Menteri. Walaupun sadar tidak ada apa-apa di atas
tangan salah-satu penipu itu dan juga tidak ada apa-apa pada alat tenun di mana
penipu lainnya terlihat sedang giat bekerja, ia khawatir dikatakan pandir bila mengakui tidak melihat apapun. Setelah berpikir keras akhirnya
Perdana Menteri pun memutuskan untuk mempertahankan reputasinya sebagai orang
paling bijaksana di seluruh negeri. Akhirnya ia ikut berpura-pura dapat melihat dan ia berdecap-decap kagum.
Setelah itu
Perdana Menteri melapor kepada Kaisar bahwa kedua penenun dari negeri asing itu
hampir selesai menenun selembar kain sutera berhiaskan benang-benang emas yang
indah.
Selanjutnya
Kaisar ingin menguji “kejujuran” menteri keuangannya yang terkenal sangat
jujur. Lalu Menteri Keuangan itu dikirim ke tempat kedua penenun.Seperti halnya PM, Menkeu juga melihat kedua penenun itu
sedang tekun bekerja. Gerak-gerik mereka seolah-olah sedang menenun namun tidak
terlihat selembar benang pun pada tangan mereka ataupun pada alat
tenun besar di hadapannya“Bagaimana kemajuan pekerjaan
kalian?” Tanya Menkeu.
“Ah, Tuan Menteri, terima kasih
telah menyediakan uang untuk membeli benang sutera dan benang emas. Inilah
hasil tenunan kami. Sangat luar biasa indah bukan?”Menkeu terdiam. Jika ia
berterus-terang bahwa ia tidak melihat apapun pada alat tenun itu, ia khawatir
reputasinya sebagai orang paling jujur di seantero negeri akan hancur. Bukankah
semua orang telah mengetahui hanya yang bijaksana dan jujur saja yang dapat
melihat kain ajaib ini?
Kaisar Telanjang |
“Ah...luar biasa indah!” Akhirnya Menkeu pun berpura-pura mengagumi.Mendengar laporan kedua menterinya yang bijaksana dan jujur itu, Kaisar sangat gembira. Akhirnya ia menyuruh kedua penenun itu untuk membuatkan jubah dari kain tenunan mereka. Jubah tersebut akan dipakainya pada sebuah festival yang akan berlangsung tujuh hari lagi.
Ketika hari perayaan akhirnya
tiba, Kaisar memerintahkan agar jubah barunya diantarkan ke istananya. Kedua
penipu itu pun datang. Di atas tangan seolah-olah mereka membawa sebuah jubah
dengan hati-hati.Tentu saja Kaisar tidak melihat
apa-apa, namun ia pun tidak hendak dikatakan pandir dan tidak jujur, maka ia
memuji-muji keindahan jubah buatan kedua penipu itu.
“Sekarang bukalah jubah lama Paduka
Baginda, dan biarkan kami mengenakan kepada Baginda jubah indah ini.”
“Ah, ini jubah baru…bagaimana
kalau aku memakai jubah indah yang kalian buat di atas jubah ini?” Kaisar tidak
ingin bertelanjang di depan para pegawai istana dan kedua penenun itu. Namun
kedua penenun palso itu beralasan jubah yang dikenakan Kaisar tidak akan
terlihat keindahannya bila ditumpuk di atas jubah lain.Kaisar terpaksa menanggalkan pakaiannya dan kedua penipu itu seolah-olah
mengenakan jubah ke atas tubuhnya.
Anak kecil apa adanya. |
“Bagaimana? Bukankah Baginda
terlihat sangat gagah dengan jubah yang indah ini? Ah...tentu saja hanya yang
bijaksana dan yang jujur saja yang dapat melihat keindahan jubah baru Baginda.”
Kata salah satu penipu itu.Semua yang hadir tidak ingin
dikatakan tidak bijaksana ataupun tidak jujur semuanya mengakui dan pura-pura
mengagumi keindahan jubah Kaisar. Akhirnya Kaisarpun melangkah ke balairung dengan
hanya mengenakan pakaian dalamnya saja di mana semua orang yang mengikuti
festival telah berkumpul menantikan kehadirannya.
Seluruh isi negeri yang tidak ingin
dikatakan tidak bijaksana dan tidak jujur mengelu-elukan Kaisarnya yang hampir
telanjang dan pura-pura memuji-muji keindahan jubahnya. Tetapi seorang bocah
berumur 4 tahunan tiba-tiba maju ke depan sambil berteriak-teriak: “Kaisar
nggak pake baju, Kaisar nggak pake baju!”Semua yang hadir terkesima, tidak
ada seorang pun berani bersuara ataupun bergerak menanti reaksi sang Kaisar.
***
Kawan, cerita di atas saya sadur dari dongeng H.C.
Anderson (1805-1875) yang ditulisnya untuk bacaan anak-anak, tetapi setelah membacanya saya
merasa bahwa tulisan ini lebih cocok untuk orang dewasa. Setidaknya
mengingatkan kita untuk benar-benar jujur.
Bukankah kita orang dewasa seringkali latah dan berlebihan menjaga reputasi? Ketika kelatahan kita diketahui oleh para penipu—profesional maupun amatiran—mereka dengan mudah menipu kita. Sebenarnya yang mereka permainkan adalah keyakinan diri kita juga. Tentu saja reputasi baik itu penting, tetapi bila kita sendiri tidak berani jujur menyatakan apa yang kita ketahui, apakah kita masih pantas dianggap jujur? Bilamana kita masih bersedia mengikuti arus yang menyesatkan apakah kita masih pantas disebut bijaksana?Maka ingatlah pada kepolosan anak kecil yang dengan spirit psositif yang belum tercemar berani lantang mengatakan apa adanya.
Dalam organisasi perusahaan, sebagai pepimpin Anda pun harus berhati-hati agar sikap Anda tidak menjerumuskan bawahan Anda menjadi penjilat-penjilat seperti Perdana Menteri dan Menteri Keuangan dalam cerita di atas. Usahakan selalu terbuka dan saling berterus-terang. Berikan feedback positif segera Anda mendapati seorang bawahan Anda melakukan suatu hal yang positif; hal-hal sepele seperti tiba di ruang meeting lebih cepat, menyelesaikan laporan lebih cepat dan bersikap proaktif.
Demikian pula ketika mereka melakukan kesalahan, berikan masukan yang jelas, terperinci dan terpenting di atas semua itu jangan menyerang level identitas melainkan berfokus pada perilaku mereka. Misalnya jika seorang karyawan melakukan kesalahan jangan menegur mereka seperti ini: “Kamu ini menggunakan otak atau nggak sih? Kog kamu salah lagi?”
Bukankah kita orang dewasa seringkali latah dan berlebihan menjaga reputasi? Ketika kelatahan kita diketahui oleh para penipu—profesional maupun amatiran—mereka dengan mudah menipu kita. Sebenarnya yang mereka permainkan adalah keyakinan diri kita juga. Tentu saja reputasi baik itu penting, tetapi bila kita sendiri tidak berani jujur menyatakan apa yang kita ketahui, apakah kita masih pantas dianggap jujur? Bilamana kita masih bersedia mengikuti arus yang menyesatkan apakah kita masih pantas disebut bijaksana?Maka ingatlah pada kepolosan anak kecil yang dengan spirit psositif yang belum tercemar berani lantang mengatakan apa adanya.
Dalam organisasi perusahaan, sebagai pepimpin Anda pun harus berhati-hati agar sikap Anda tidak menjerumuskan bawahan Anda menjadi penjilat-penjilat seperti Perdana Menteri dan Menteri Keuangan dalam cerita di atas. Usahakan selalu terbuka dan saling berterus-terang. Berikan feedback positif segera Anda mendapati seorang bawahan Anda melakukan suatu hal yang positif; hal-hal sepele seperti tiba di ruang meeting lebih cepat, menyelesaikan laporan lebih cepat dan bersikap proaktif.
Demikian pula ketika mereka melakukan kesalahan, berikan masukan yang jelas, terperinci dan terpenting di atas semua itu jangan menyerang level identitas melainkan berfokus pada perilaku mereka. Misalnya jika seorang karyawan melakukan kesalahan jangan menegur mereka seperti ini: “Kamu ini menggunakan otak atau nggak sih? Kog kamu salah lagi?”
BRAVO Erni :D
ReplyDeleteThanks, Bu Lily Tjandra.
ReplyDelete