The Billionaire; Film yang mengisahkan kegigihan dan jiwa entrepreneur Top Ittipat dari Thailand. |
Apa persamaan dan perbedaan antara
Top Ittipat billionaire dari Tahiland dengan Mark Zuckerberg dari Amerika
Serikat? Satu saja persamaannya tapi
bejibun perbedaannya. Persamaannya hanya mereka sama-sama billionaire di
usia sangat muda.
Anda pasti
sudah mengenal Zuck paling tidak mengenal Facebook yang membuatnya kaya-raya.
Tapi barangkali Anda belum pernah mendengar tentang Top? Walaupun Top tidak
menghasilkan sesuatu yang mengubah gaya hidup orang banyak di dekade ini, tapi caranya
mencapai sukses justru sangat sederhana dan mudah ditiru oleh siapa saja yang
ingin menjadi kaya-raya. Dalam terminologi entrepreneur
Top merupakan contoh membumi. Ia tidak begitu saja terdampar di pulau harta
karun, tapi ia merangkak seinci demi seinci menuju puncak sukses. Ia sabar,
persisten sekaligus pencipta kesempatan. Pada
usia 16 tahun Top yang duduk di kelas terakhir sekolah menengah atas itu
mencandu online game. Tapi ia tidak
sekedar pemain game seperti remaja
seusianya, ia justru menghasilkan banyak uang dengan menjual senjata-senjata online game. Ia menghasilkan hingga
jutaan Baht Thailand sampai bisa membeli mobil yang cukup mewah.
Cara mudah menghasilkan uang melalui game-online membuat Top mulai “kecanduan uang” dan hatinya jadi tawar untuk bersekolah. Mula-mula ia mencoba berdagang VCD player, tapi sayangnya ia tertipu dan usaha itu layu sebelum berkembang. Suatu hari, boleh jadi karena bete, ia melarikan diri dari kelas dan berjalan-jalan di mal. Dengan iseng ia mencicipi setiap tester cemilan yang ditawarkan kepadanya termasuk chestnut atau makanan kecil kastanye. Top tertarik pada mesin penggoreng biji-bijian itu. Tanpa pikir panjang ia membeli mesin itu. Dalam film yang diangkat dari kisah hidupnya (Top mengaku 80 persen yang dikisahkan di film itu sesuai dengan kenyataan) Top belia tampak impulsif dan kurang bijaksana. Sesampai di rumah ia dikritik ayahnya. Menurut ayahnya yang seorang pengusaha itu Top membayar terlalu mahal untuk mesin tersebut. Namun kritik itu tidak membuatnya menyerah. Ia konsisten ingin berdagang kastanye. Meskipun belum tahu cara menggoreng kastanye yang enak, Top mau belajar. Ia turun ke pasar-pasar untuk mengorek informasi dari para pedagang kastanye. Selain itu ia juga mempelajari lokasi penjualan. Ia mempraktekkan apa yang dipelajari dengan penuh kesabaran dan persistensi hingga akhirnya kastanye buatannya dinyatakan enak oleh seluruh anggota keluarga dan relasi bisnis ayahnya yang datang berkunjung ke rumah mereka.Meskipun sudah bisa membuat kastanye yang enak, tidak berarti Top sudah bisa langsung memetik sukses. Ia masih harus menemukan lokasi yang ideal dan mempriotaskan mana yang lebih penting; bisnis atau bersekolah. Suatu hari ketika sedang menghadapi ujian, hapenya berbunyi. Pamannya yang membantunya menjual kastanye di suatu mal di Bangkok menelepon karena kehabisan kastanye mentah. Top memutuskan untuk meninggalkan ruang ujian. Tak lama kemudian kastanye mereka ‘booming’ dan Top melakukan ekspansi dari satu menjadi 25 gerai. Namun cobaan segera menjelang.Asap dari mesin penggorengan kastanye mengotori langit-langit mal dan mengganggu sehingga Top dikomplain oleh pedagang-pedagang lain. Ia terpaksa menutup usahanya yang sedang berkembang pada saat yang sama menerima kenyataan pahit lain, usaha orangtuanya bangkrut. Kedua orangtuanya memutuskan pindah ke China dan ibunya mendesak Top untuk ikut. Tetapi Top bertahan di rumah mereka yang sudah disita bank. Dalam keadaan sangat terjepit seperti itu Top tidak menyerah. Ia terus berpikir bagaimana menghasil satu juta Baht pertahun.Dengan bantuan pamannya ia memulai usaha baru, cemilan rumput laut. Sama seperti ketika memulai berjualan kastenya Top maupun pamannya tidak mengerti cara menggoreng rumput laut yang benar, hasilnya pahit. Trial error dijalani mereka dengan penuh kesabaran dan mengorbankan 100 ribu Baht untuk membeli puluhan kotak rumput laut mentah. Semua penghasilan dari berjualan kastenya ludes, Top terpaksa menjual ketiga perangkat personal computer untuk membeli lebih banyak rumput laut mentah. Di sinilah terlihat betapa persisten dan tekunnya seorang Top Ittipat. Selain itu ia rajin belajar dari berbagai sumber yang kompeten di bidang itu hingga akhirnya cemilan rumput laut yang sempurna ditemukan. Bersama pamannya ia kembali berjualan di mal yang sama.Meskipun penjualan rumput lautnya lumayan sukses, Top tidak cepat puas, ia terus mencari ide bagaimana meningkatkannya menjadi usaha yang besar. Suatu malam ia membeli baterai untuk walkmannya di suatu toko 7-Eleven dan tiba-tiba ia menemukan sebuah kunci sukses. Toko 7-Eleven tersebar di seantero Thailand, paling tidak terdapat 3.000 toko. Jadi kalau ia bisa meyakinkan pemilik jaringan itu untuk menjual cemilan rumput lautnya, hasilnya akan sangat luar-biasa!Namun menemukan kunci tidak otomatis menemukan pintu yang cocok dengan kunci itu. Sekali lagi kita dapat pelajaran hebat dari Top Ittipat. Termotivasi oleh idenya sendiri Top langsung membuat janji untuk bertemu dengan pimpinan 7-Eleven di Bangkok. Setelah menunggu hampir seharian, ia berpapasan dengan Mrs. Pue, pemimpin perusahaan tersebut di depan lift. Tetapi perempuan itu menatapnya curiga dan berkata bahwa, ia seharusnya ditemani orangtuanya. Ketika Top menjawab bahwa, ia datang sendiri, Mrs. Pue menjawab bahwa, ia sibuk sekali dan 10 menit lagi ia sudah harus menghadiri pertemuan lain. Top tidak gampang—tidak pernah—menyerah. Ia menjawab penolakan tersebut dengan cerdik: “Kalau demikian saya minta waktu ibu yang sepuluh menit itu saja.” Tanpa membuang-buang waktu atau menunggu persetujuan lagi Top langsung mempresentasikan cemilan rumput laut dan ide-ide bisnisnya. Supaya mengesankan ia menambahkan bahwa ia sudah mempelajari prinsip bisnis yang diaplikasikan jaringan 7-Eleven.Tentu saja seorang eksekutif perusahaan dengan 3,000 toko tidak serta merta terkesan, apalagi ketika Top mengeluarkan sebungkus cemilan rumput laut yang dibungkus dengan plastik transparant biasa dalam ukuran besar dari rangselnya. Sambil lalu Mrs. Pue memberikan beberapa masukan seperti ukuran bungkusan terlalu besar untuk convenient store mereka dan tidak menarik dari segi estetika.Advis singkat itu sudah lebih dari cukup bagi Top. Ia segera mendatangi perusahaan product designer. Semula Top ingin mengubah nama yang dipakainya ‘Taokaenoi’ namun si disainer berhasil meyakinkannya kalau nama itu sudah bagus. Setelah mendapatkan pembungkus Top yang tak pernah menyerah itu cepat-cepat mempersiapkan lusinan contoh produk dan kembali ke kantor 7-Eleven.Seperti kunjungannya yang pertama kali, ia menunggu seharian tanpa bisa menemui pemimpin perusahaan itu. Walaupun resepsionis mengaku Mrs. Pue sedang meeting, Top dapat melihat dari dinding-dinding kaca kantor, perempuan itu hilir mudik, bukan sedang berada di dalam ruang meeting sehingga tidak boleh diganggu. Namanya juga manusia, anak muda itu akhirnya kehilangan kesabaran. Setelah menyampaikan komplain kepada resepsionis ia pun pergi. Di dalam lift ia memberikan semua contoh produk cemilan rumput laut itu kepada operator lift. Salah-satu manager 7-Eleven yang naik lift tersebut beberapa saat kemudian mengambil sebungkus dan melahapnya. Ketika Mrs. Pue masuk ke lift di akhir hari kerja itu ia melihat kotak dan satu bungkus sisa rumput laut di dalamnya. Dan bertemulah kunci dengan pintunya, Mrs. Pue bersedia meluangkan waktu untuk bertemu Top. Walaupun demikian, untuk membuka pintu itu Top masih menghadapi tantangan. Jaringan toko 7-Eleven mengajukan syarat-syarat di antaranya Top harus memiliki pabrik yang memenuhi standar kebersihan dan reliable. Padahal ia dan pamannya masih menggoreng rumput laut di dapur rumah yang sudah disita dan sedang dalam proses eksekusi.Top tidak berputus asa, ia mendatangi manager suatu bank untuk mengajukan pinjaman. Tetapi meskipun ia berhasil menarik perhatian manager bank itu untuk mendengarkannya dan menjadi sangat tertarik hingga timbul rasa simpati, ia tidak mendapatkan pinjaman karena umurnya baru 19 tahun.
Cara mudah menghasilkan uang melalui game-online membuat Top mulai “kecanduan uang” dan hatinya jadi tawar untuk bersekolah. Mula-mula ia mencoba berdagang VCD player, tapi sayangnya ia tertipu dan usaha itu layu sebelum berkembang. Suatu hari, boleh jadi karena bete, ia melarikan diri dari kelas dan berjalan-jalan di mal. Dengan iseng ia mencicipi setiap tester cemilan yang ditawarkan kepadanya termasuk chestnut atau makanan kecil kastanye. Top tertarik pada mesin penggoreng biji-bijian itu. Tanpa pikir panjang ia membeli mesin itu. Dalam film yang diangkat dari kisah hidupnya (Top mengaku 80 persen yang dikisahkan di film itu sesuai dengan kenyataan) Top belia tampak impulsif dan kurang bijaksana. Sesampai di rumah ia dikritik ayahnya. Menurut ayahnya yang seorang pengusaha itu Top membayar terlalu mahal untuk mesin tersebut. Namun kritik itu tidak membuatnya menyerah. Ia konsisten ingin berdagang kastanye. Meskipun belum tahu cara menggoreng kastanye yang enak, Top mau belajar. Ia turun ke pasar-pasar untuk mengorek informasi dari para pedagang kastanye. Selain itu ia juga mempelajari lokasi penjualan. Ia mempraktekkan apa yang dipelajari dengan penuh kesabaran dan persistensi hingga akhirnya kastanye buatannya dinyatakan enak oleh seluruh anggota keluarga dan relasi bisnis ayahnya yang datang berkunjung ke rumah mereka.Meskipun sudah bisa membuat kastanye yang enak, tidak berarti Top sudah bisa langsung memetik sukses. Ia masih harus menemukan lokasi yang ideal dan mempriotaskan mana yang lebih penting; bisnis atau bersekolah. Suatu hari ketika sedang menghadapi ujian, hapenya berbunyi. Pamannya yang membantunya menjual kastanye di suatu mal di Bangkok menelepon karena kehabisan kastanye mentah. Top memutuskan untuk meninggalkan ruang ujian. Tak lama kemudian kastanye mereka ‘booming’ dan Top melakukan ekspansi dari satu menjadi 25 gerai. Namun cobaan segera menjelang.Asap dari mesin penggorengan kastanye mengotori langit-langit mal dan mengganggu sehingga Top dikomplain oleh pedagang-pedagang lain. Ia terpaksa menutup usahanya yang sedang berkembang pada saat yang sama menerima kenyataan pahit lain, usaha orangtuanya bangkrut. Kedua orangtuanya memutuskan pindah ke China dan ibunya mendesak Top untuk ikut. Tetapi Top bertahan di rumah mereka yang sudah disita bank. Dalam keadaan sangat terjepit seperti itu Top tidak menyerah. Ia terus berpikir bagaimana menghasil satu juta Baht pertahun.Dengan bantuan pamannya ia memulai usaha baru, cemilan rumput laut. Sama seperti ketika memulai berjualan kastenya Top maupun pamannya tidak mengerti cara menggoreng rumput laut yang benar, hasilnya pahit. Trial error dijalani mereka dengan penuh kesabaran dan mengorbankan 100 ribu Baht untuk membeli puluhan kotak rumput laut mentah. Semua penghasilan dari berjualan kastenya ludes, Top terpaksa menjual ketiga perangkat personal computer untuk membeli lebih banyak rumput laut mentah. Di sinilah terlihat betapa persisten dan tekunnya seorang Top Ittipat. Selain itu ia rajin belajar dari berbagai sumber yang kompeten di bidang itu hingga akhirnya cemilan rumput laut yang sempurna ditemukan. Bersama pamannya ia kembali berjualan di mal yang sama.Meskipun penjualan rumput lautnya lumayan sukses, Top tidak cepat puas, ia terus mencari ide bagaimana meningkatkannya menjadi usaha yang besar. Suatu malam ia membeli baterai untuk walkmannya di suatu toko 7-Eleven dan tiba-tiba ia menemukan sebuah kunci sukses. Toko 7-Eleven tersebar di seantero Thailand, paling tidak terdapat 3.000 toko. Jadi kalau ia bisa meyakinkan pemilik jaringan itu untuk menjual cemilan rumput lautnya, hasilnya akan sangat luar-biasa!Namun menemukan kunci tidak otomatis menemukan pintu yang cocok dengan kunci itu. Sekali lagi kita dapat pelajaran hebat dari Top Ittipat. Termotivasi oleh idenya sendiri Top langsung membuat janji untuk bertemu dengan pimpinan 7-Eleven di Bangkok. Setelah menunggu hampir seharian, ia berpapasan dengan Mrs. Pue, pemimpin perusahaan tersebut di depan lift. Tetapi perempuan itu menatapnya curiga dan berkata bahwa, ia seharusnya ditemani orangtuanya. Ketika Top menjawab bahwa, ia datang sendiri, Mrs. Pue menjawab bahwa, ia sibuk sekali dan 10 menit lagi ia sudah harus menghadiri pertemuan lain. Top tidak gampang—tidak pernah—menyerah. Ia menjawab penolakan tersebut dengan cerdik: “Kalau demikian saya minta waktu ibu yang sepuluh menit itu saja.” Tanpa membuang-buang waktu atau menunggu persetujuan lagi Top langsung mempresentasikan cemilan rumput laut dan ide-ide bisnisnya. Supaya mengesankan ia menambahkan bahwa ia sudah mempelajari prinsip bisnis yang diaplikasikan jaringan 7-Eleven.Tentu saja seorang eksekutif perusahaan dengan 3,000 toko tidak serta merta terkesan, apalagi ketika Top mengeluarkan sebungkus cemilan rumput laut yang dibungkus dengan plastik transparant biasa dalam ukuran besar dari rangselnya. Sambil lalu Mrs. Pue memberikan beberapa masukan seperti ukuran bungkusan terlalu besar untuk convenient store mereka dan tidak menarik dari segi estetika.Advis singkat itu sudah lebih dari cukup bagi Top. Ia segera mendatangi perusahaan product designer. Semula Top ingin mengubah nama yang dipakainya ‘Taokaenoi’ namun si disainer berhasil meyakinkannya kalau nama itu sudah bagus. Setelah mendapatkan pembungkus Top yang tak pernah menyerah itu cepat-cepat mempersiapkan lusinan contoh produk dan kembali ke kantor 7-Eleven.Seperti kunjungannya yang pertama kali, ia menunggu seharian tanpa bisa menemui pemimpin perusahaan itu. Walaupun resepsionis mengaku Mrs. Pue sedang meeting, Top dapat melihat dari dinding-dinding kaca kantor, perempuan itu hilir mudik, bukan sedang berada di dalam ruang meeting sehingga tidak boleh diganggu. Namanya juga manusia, anak muda itu akhirnya kehilangan kesabaran. Setelah menyampaikan komplain kepada resepsionis ia pun pergi. Di dalam lift ia memberikan semua contoh produk cemilan rumput laut itu kepada operator lift. Salah-satu manager 7-Eleven yang naik lift tersebut beberapa saat kemudian mengambil sebungkus dan melahapnya. Ketika Mrs. Pue masuk ke lift di akhir hari kerja itu ia melihat kotak dan satu bungkus sisa rumput laut di dalamnya. Dan bertemulah kunci dengan pintunya, Mrs. Pue bersedia meluangkan waktu untuk bertemu Top. Walaupun demikian, untuk membuka pintu itu Top masih menghadapi tantangan. Jaringan toko 7-Eleven mengajukan syarat-syarat di antaranya Top harus memiliki pabrik yang memenuhi standar kebersihan dan reliable. Padahal ia dan pamannya masih menggoreng rumput laut di dapur rumah yang sudah disita dan sedang dalam proses eksekusi.Top tidak berputus asa, ia mendatangi manager suatu bank untuk mengajukan pinjaman. Tetapi meskipun ia berhasil menarik perhatian manager bank itu untuk mendengarkannya dan menjadi sangat tertarik hingga timbul rasa simpati, ia tidak mendapatkan pinjaman karena umurnya baru 19 tahun.
Apakah Top
menyerah kali ini? Apakah kata-kata manager bank itu bahwa ia masih muda dan
masih banyak waktu atau kesempatan melenakannya? Tidak!!!Ia menjual
mobil kesayangannya. Ia menjual semua mesin-mesin penggoreng kastanye. Dan
beruntung orangtuanya memiliki satu unit ruko yang tidak termasuk dalam jaminan
hutang sang ayah yang berjumlah 40 juta Baht itu. Dan di situlah Top memulai
pabriknya yang pertama. Dan ia telah bisa membuka pintu peluang dengan kunci
yang ditemukannya sendiri.
Siapa
itu Top Ittipat? Apa yang Anda lakukan ketika seusianya?
Usianya
baru 16 tahun tapi ia sudah menghasilkan 400 ribu Baht perbulan dari bermain online games. Usia 17 tahun alih-alih
belajar keras supaya lulus SMA ia sibuk mencari uang dengan berjualan kastanye.
Penghasilannya 2,000 Bath perhari. Umur 18 tahun, orangtuanya bangkrut dan
harus menanggung utang sebesar 40 juta Baht. Setahun kemudian ia meluncurkan
cemilan rumput laut Taokaenoi di lebih dari 3.000 toko 7-Eleven. Saat ini Top
memegang 85 persen pangsa pasar cemilan rumput laut di Thailand atau sama
dengan pendapatan 800 juta Baht pertahun dan mempekerjakan 2.000 karyawan.
Dalam suatu wawancara dengan Cinema Online setelah kisah suksesnya diangkat ke
layar perak, pengusaha sukses berusia 27 tahun ini mengaku ia ingin menjadikan
Taokaenoi Food and Marketing Co., Ltd., perusahaan cemilan yang mendunia
seperti halnya Lays. Ia juga merencanakan go
public demi meningkatkan kesejahteraan ke-2.000 karyawan dan keluarga
mereka.
Tips Sukses Top Ittipat
Ketika ditanya apa
nasihatnya bagi orang-orang yang ingin sesukses dirinya, Top menyarankan:
“Tips sukses aku berdasarkan
empat poin yaitu Cinta, Memberi,
Pengorbanan dan Kebahagiaan.
Jika kamu mencintai apa yang kamu lakukan, secara otomatis kamu telah mencapai
50 persen tingkat kesuksesan. Yang 50 persen sisanya adalah mengurus hal-hal
yang tidak kamu sukai seperti akunting, marketing dan sumber daya manusia. Kedua kamu perlu
memberi terutama uang dan waktu. Pengorbanan berada diurutan
berikutnya, kamu perlu mengorbankan sesuatu sebelum mendapatkan sesuatu. Ketika
kamu baru memulai kamu hanya ikan kecil di lautan luas dan banyak yang akan
berusaha memanfaatkanmu, tapi kamu bisa bermain cerdas. Ketika pertama kali aku
memperkenalkan Taokaenoi kepada 7-Eleven, mereka minta 40 persen untuk GP &
Listing fee. Seandainya aku menolak berkorban hari itu, maka tidak akan pernah
ada Taokaenoi hari ini. Terakhir kamu harus berbahagia dengan apa yang kamu
miliki. Jika kamu kaya dan sukses tapi tidak berbahagia, maka apapun yang kamu
lakukan tidak akan berarti sama-sekali. Selama delapan tahun terakhir ini, aku
terbangun di pagi hari dan berangkat ke tempat kerja dengan bersemangat dan
bergairah. Aku merasa berbahagia melakukan pekerjaan-pekerjaanku.”
Comments
Post a Comment