Public workshop I Excellent Selling with NLP Sheraton Hotel, Surabaya 5 years ago. |
Training should be fun. But humor has structure too. |
Untunglah
akhirnya saya menemukan trainer hebat
yang bisa saya model. Lebih beruntung lagi mereka semua itu trainer hebat di
bidangnya yang memiliki satu atau dua hal yang tidak saya setujui.
Di
samping trainer yang menjadi teladan
dan menguatkan saya seperti Robert Dilts, Judith De Lozier, beberapa trainer
lain menjadi amplas yang mengilapkan kapabilitas saya. Bagi saya mereka
semuanya adalah raksasa-raksasa yang mengijinkan saya berdiri di bahu mereka
sehingga saya dapat memiliki pandangan dan acuan yang jelas, luas serta indah.
Setengah
dekade menjalani profesi ini saya baru menyadari betapa tidak mudahnya menjadi
seorang trainer yang dapat memuaskan
setiap orang. Sebenarnya tidak hanya profesi ini, profesi manapun pasti tidak
mudah memuaskan semua orang. Seorang trainer
ternyata tidak cukup jika ia menguasai materi saja, ia harus mampu
menyampaikannya (delivery). Seorang trainer
dituntut seperti bunglon yang dapat memotivasi peserta untuk belajar. Pada
saat yang sama ia harus berganti-ganti menjadi pelatih yang mengajarkan caranya
melakukan suatu keterampilan. Supaya tidak membosankan ia harus memiliki
keterampilan seperti seorang stand-up
comedian. Humor-humornya harus cerdas supaya tidak menjadi bumerang.
Motivate trainees to be enthusiastic. |
Tidak
cukup dengan keterampilan-keterampilan di atas, ia harus mampu menginspirasi
peserta untuk mengadopsi pandangan hidup baru dan melakukan perubahan mind-set. Semua itu membedakan seorang trainer dengan public speaker. Public
speaker harus mampu meraih perhatian penuh dari audiens, tetapi ia tidak
dituntut mengajarkan sesuatu kepada audiens secara langsung. Seorang trainer selain menguasai semua
keterampilan yang dimiliki seorang public
speaker harus piawai pula dalam public
speaking.
Kita
semua setuju bahwa pembicara publik yang mampu berinteraksi dengan audiens
menggenggam nilai tambah, namun bagi seorang trainer, interaksi adalah syarat utama kesuksesan suatu pelatihan.
Dengan demikian seorang trainer harus
pula menguasai keterampilan berkomunikasi.
Trans session is necessary. |
Saya
bersyukur dan berterima kasih sebab untuk menguasai semua keterampilan yang
saya perlukan, guru kami, Robert Dilts telah menulis sebuah buku “From Coach to
Awakener” yang memberi panduan lengkap menguasai keterampilan pada level-level
logika yang berbeda. Pendekatan neurological
levels seperti ini sungguh memudahkan.
Program
Training Design
Kesuksesan
seorang trainer menyampaikan materi
yang—harus dikuasainya—tidak terlepas dari bagaimana ia menyusun program training. Karena selama ini saya
sering diminta memberikan topik pelatihan practical
leadership, supervisory/managerial, sales motivation, creative problem solving,
public speaking, communication dan sebagainya kepada management
staffs organisasi perusahaan, saya merasakan betapa beruntungnya memiliki
pengalaman managerial berpuluh-puluh tahun di berbagai perusahaan dan industri
berbeda karena hal ini memudahkan saya menyusun program pelatihan yang
sepenuhnya customized.
Demonstration to be modelled by participants. |
Tanpa
pengalaman berkecimpung di korporasi barangkali saya hanya mampu membawakan
materi orang lain dan standar isinya. Istilahnya, hanya bisa mengajarkan topik
dan materi yang saya kuasai saja bukan yang dibutuhkan oleh peserta. Memimpin
para peserta mencapai outcome training bukan
sekedar menyelesaikannya tepat waktu. Hal ini menuntut trainer
untuk mengenali siapa pesertanya. Bagaimana membekali peserta dengan sikap dan
panduan berpikir serta berperilaku agar mampu mengatasi persoalan-persoalan
dalam organisasi yang dipengaruhi politik kantor dan birokrasi tentunya
dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman pribadi trainer.
Selain
memperhatikan prinsip-prinsip desain, suatu training,
trainer harus memikirkan struktur
aktivitas sehingga materi mudah disampaikan dan gampang diterima oleh peserta.
Struktur aktivitas yang baik selain membuat suatu training menyenangkan (fun)
juga membuka kesempatan memasang peserta untuk menghayati peran berbeda dari
yang mereka lakoni sehari-harinya. Untuk membantu peserta senior lebih memahami
dan menghargai para junior mereka dan sebaliknya dapat dilakukan dengan role plays. Diskusi dan brainstroming dapat dilakukan sebagai
langkah awal yang dapat diteruskan setelah kembali ke tempat kerja.
Pendekatan
Neuro-Linguistic Programming (NLP)
Beberapa
teknik dan model NLP dapat dimanfaatkan trainer misalnya State Management
(bagaimana mengelola dan menjaga states
yang tepat) sehingga dapat tetap bersemangat membawakan training sepanjang hari—bahkan maraton berhari-hari. Teknik-teknik hypnosis atau relaksasi juga akan sangat
membantu proses pembelajaran peserta. Selain itu saya merasa sangat terbantukan
dengan mengaplikasikan filosofi NLP Next Generation. Kecerdasan kognitif sangat
mungkin diperkaya dengan kolaborasi kecerdasan somatik dan kecerdasan ‘medan’
atau field.
Teach and show trainees a NLP technique. |
Saya
pun tidak melupakan empat pilar utama NLP; sensory
awareness, rapport, outcome thinking dan
behavioral flexibility. Dengan menggabungkan semua teknik dan model yang
sederhana pelatihan dapat didesain dan membuktikan NLP dapat diaplikasikan.
Belajar
Dari Peserta
Seberapa
pun banyak dan sejauh mana pun saya belajar, level kompetensi saya tidak akan
meningkat jika saya tidak terus-menerus dan dari waktu ke waktu belajar dari para
peserta.
Belajar
dari peserta bisa diperoleh langsung dari interaksi selama pelatihan
berlangsung, dari mengobservasi reaksi peserta terhadap cara penyampaian dan
materi yang diberikan. Walaupun sulit mengobservasi reaksi seluruh peserta,
saya menggunakan pendekatan ‘sampling’ dengan mengutamakan sepertiga peserta
yang paling aktif dan yang paling pasif.
Public speaking; to inspire. |
Peserta
yang aktif biasanya cukup ceplas-ceplos sehingga saya bisa langsung tahu
reaksinya. Sedangkan peserta yang pasif sebenarnya tidak pernah menyembunyikan
reaksi mereka dan hal itu tercermin baik dari cara duduk maupun ekspresi wajah.
Misalnya seorang peserta yang pendiam dan belajar dari mendengarkan akan
menegakkan posisi tubuhnya justru pada ia merasa penjelasan saya sulit
dipahami. Sebaliknya ia akan terlihat santai ketika menikmatinya.
Selain
cara langsung, tentunya mengumpulkan evaluasi pada akhir pelatihan sangat umum
dilakukan dan cukup bermanfaat sebagai sumber positive feedback. Setiap kali selesai melaksanakan pelatihan saya
harus memastikan outcome yang diset
di awal training tercapai. Selain itu
saya harus tahu apakah peserta menyukainya dan apa yang disukai dan apa yang
tidak disukainya.
Demikian
sharing saya kali ini. Jika Anda tertarik untuk menjadi seorang trainer yang
hebat, silakan bergabung dalam workshop saya Applicable NLP~High Impact
Training Skills. Namun jika Anda lebih banyak melakukan coaching utamanya one
to one coaching, workshop yang cocok bagi Anda tentunya Applicable NLP~High
Impact Coaching & Counseling Skills. Silakan menghubungi saya di erni.julia@gmail.com.
Comments
Post a Comment