ita menggunakan simbol-simbol
untuk menyatakan hal-hal yang kita sukai, atau yang tidak kita sukai. Lebih
sering lagi kita menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan hal-hal yang
abstrak dan tidak kita ketahui sama-sekali. Perayaan Tahun Baru Lunar yang
disebut Imlek 2565 di Indonesia juga merupakan simbolisasi yang rumit. Pertanyaan kita adalah apa
fungsinya semua simbolisasi ini?
Pertama tentu saja untuk
memudahkan mengomunikasikan peta persepsi orangtua kepada anak-anak dan dari
seorang kepada orang lainnya.
Berikut ini saya hanya akan
mengutip tiga simbol saja (dari beratus-ratus simbol) perayaan Imlek. Bila
dikutip atau diceritakan semua di sini, bisa dijadikan sebuah buku tersendiri.
Warna: Serba merah
Anda pasti tahu bahwa warna
yang mendominasi perayaan Imlek adalah merah, apa sebabnya? Warna merah bagi
budaya Barat melambangkan warna kehidupan~warna darah, tetapi warna merah bagi
masyarakat tradisional Tionghoa adalah warna penolak bala atau warna penolak
hawa/energi negatif yang umumnya berwarna gelap seperti hitam, abu-abu. Di
zaman modern orang menyadari warna merah sebagai warna dominan yang menimbulkan
energi atau semangat kehidupan dan kegembiraan, lagi pula warna kulit
orang-orang Tionghoa sangat cocok mengenakan warna merah, bukan?
12 Zodiak
Tahun 2014 tahun China jatuh
pada "kekuasaan" atau "kedudukan" zodiak kuda kayu. Sejak 3
bulan sebelumnya para guru feng-shui (angin/udara~air), peramal dan astrologer
telah berlomba menyampaikan praduga mereka akan "nasib macam apa"
yang akan dibawa oleh kuda kayu ke dalam kehidupan umat manusia, dan negara
serta dunia pada umumnya.
Kuda adalah binatang ketujuh
yang—sekali lagi menurut simbolisasi—tiba di hadapan sang Buddha. Sebagai
binatang yang sangat eksotis, indah sekaligus kuat dan cepat, sayangnya kuda
mudah melakukan lompatan keliru ketika terkejut. Seharusnya kuda sudah berada
pada urutan keenam, namun ular yang licik—untunglah silicik sudah pergi
(begitulah kita menyimbolisasikannya) mengagetkannya dan mendahuluinya
menyembah sang Buddha. Sehubungan itu tahun 2014 di bawah pengaruh zodiak kuda
kayu diramalkan bukan tahun yang baik untuk melakukan investasi, perubahan
signifikan dan memulai bisnis baru. Selain orang-orang yang lahir di bawah
zodiak anjing, kambing lainnya diingatkan untuk berhati-hati, bekerja keras
memelihara pekerjaan, bisnis atau kerja sama yang telah ditekuni selama ini,
jangan tergoda untuk membesarkannya atau memulai yang baru. Selain bekerja
keras kita semua diingatkan untuk memperbanyak berdoa meminta perlindungan
leluhur dan Tuan Langit dan Bumi (kadang-kadang Chiao shen (China keturunan
dari kawin campur dengan pribumi) menyebutnya Tuan Allah sedangkan masyarakat
yang lebih tradisionil menyebutnya Kaisar Giok) dan saya—meskipun Anda tidak bertanya,
menyebutnya Great Divine, Universe.
Hmmm…peramal yang manapun
selalu bermain aman. Jika Anda sedang menuju suatu tempat dan bertanya kepada
mereka apakah Anda akan sukses di tempat baru itu nantinya, dia akan menunjuk
ke depan dengan dua jari (telunjuk dan jari tengah) sambil mengangguk-angguk
berkata: “Bagus, bagus, asalkan berhati-hati.” Tahu apa simbol dua jari
menunjuk ke depan? Bila ternyata Anda gagal di tempat baru dan menuntut
pertanggungjawabannya, si tukang ramal akan mengatakan: “Kau tidak
memperhatikan simbol yang kuberikan. Aku menunjuk dengan jari telunjuk
menandakan kau boleh maju terus, tapi jari tengah menunjukkan bahwa kau mungkin
akan f---ed up—ups!” Sekali lagi simbol!
Bagaimana menurut Anda?
Kalau saya sih, saya akan
percaya pada apa yang dikatakan semua peramal: Kerja keras, perbanyak doa untuk
meminta perlindungan leluhur dan Yang Maha Kuasa. Apapun yang terjadi di luar
diri saya, dapat saya persepsi secara berbeda, maka dari itu saya percaya akan
mencapai semua resolusi tahun kuda kayu ini, terutama yang sesuai dengan
pemaknaan dan nilai-nilai pribadi saya.
Makanan
Makanan merupakan salah-satu
hal penting bagi masyarakat Tionghoa, makanan juga merupakan ukuran
kesejahteraan hidup. Sebagai masyarakat agraris di daerah empat musim,
kemampuan memproduksi bahan makanan yang cukup bahkan berlimpah menjadi tujuan
atau goal outcome utama sejak ribuan tahun hingga sekarang.
Di zaman yang belum sesibuk
sekarang ini bila kita bertama ke rumah teman atau handai-taulan, maka pertanyaan
pertama yang akan ditanyakan adalah: “Sudah makan belum?” dan bila kita
berbohong “Sudah.” Tuan rumah tetap akan menyajikan makanan dan minuman. Di
zaman sekarang bila kita lama tidak bertemu dengan seorang teman atau handai
taulan, maka kegiatan pertama yang akan dilakukan bersama adalah makan bersama
di suatu restoran—tentunya “tuan rumah” yang traktir. Beberapa waktu yang lalu
saya dan rekan saya ke Hong Kong dan selama seminggu hampir tiap hari
ditraktir, mau tidak mau berat badan naik beberapa kilogram.
Namun, yang paling istimewa
adalah makanan selama perayaan Imlek, semuanya mengandung simbol kemakmuran,
kekayaan dan kesehatan. Simbolisasi ini sangat kaya dan bervariasi antara
wilayah Utara, Selatan termasuk Hong Kong dan Macau, Taiwan dan Tionghoa
perantauan yang telah terasimilasi dengan kebudayaan lokal.
Simbol yang paling menonjol
dalam penyajian makanan perayaan tahun baru adalah bentuk bulat, warna-warni
mulai merah (dominan), jingga, hijau dan putih. Bulat melambangkan persatuan
atau reuni. Sedangkan warna-warna melambangkan rejeki, kesehatan dan kebersihan
hati (pengampuan dan melupakan kesalahan-kesalahan orang lain).
|
Tuen Nian Dishes at Reunion Dinner Four Season Hotel, Singapore. |
Rasa manis (berharap kehidupaan
akan manis) dan mengandung san shen atau tiga jenis binatang yang bisa terbang
(unggas seperti ayam, bebek dan angsa); yang hidup di darat (umumnya diwakili
dengan daging babi) dan yang bisa berenang yaitu ikan dan makanan laut seperti
haisom, abalon, kerang dan udang.
Percaya atau tiga san-shen sebenarnya merupakan kebiasaan yang dapat
dilacak hingga 5,000 tahun lamanya ketika Tuan Allah menciptakan Bumi bersabdah
kepada manusia: “Kuasai semua binatang yang ada di darat, yang berenang dalam
air dan yang terbang di udara.”
Waktu makan yang paling penting
adalah Malam Tahun Baru (New Year Eve) yang disebut Tuen Nian Fan (berkumpul sambil makan bersama di
malam tahun baru). Masyarakat Tionghoa di beberapa negara masih mementingkan tuen nian fan ini, putra-putri yang
telah menikah akan pulang ke rumah orangtua mereka membawa anak-anak untuk
makan malam bersama. Orang Tionghoa yang berumur panjang hingga di meja makan
terkumpul tiga hingga empat generasi akan merasa sangat bangga dan bahagia
tentunya. Bagi yang rumahnya sempit dan repot memasak mereka akan memesan
tempat di restoran-restoran.
Bila malam tahun baru orang-orang
Tionghoa menyediakan san-shen dalam menu tuen-nian-fan, hari pertama Tahun
Baru, umumnya berpantang makanan bernyawa. Sebagai kebiasaan meresevasi dan
menjaga keseimbangan kehidupan, hari pertama hingga hari ketiga tahun yang baru
tidak dilakukan penjagalan babi dan membunuh binatang-binatang lain. Bagi yang
sulit mempraktekkan makan makanan vegan, makan masakan sisa dari perayaan malam
tahun baru diperbolehkan.
Selain ketiga simbol di atas,
seperti telah disinggung masih terdapat beratus-ratus simbol lainnya.
Maklumlah, masyarakat Tionghoa telah memiliki budaya yang sangat panjang dan
terdiri dari banyak suku dan etnis dengan kekhasan perayaan Tahun Baru yang
berbeda.
Comments
Post a Comment