Akuntansi 101 Margin

Image: Courtesy Google user

Bagian Sebelumnya Yang Harus Dibaca

DEFINISI:
Menurut KBBI margin berarti tepi; pinggiran; batas. Dalam bidang ekonomi sebutan margin perlu diberikan predikat, misalnya: margin kotor adalah laba kotor. Margin penjualan adalah: jumlah pendapatan penjualan suatu satuan barang atau jasa dikurangi jumlah biaya produksi tidak tetap (variable cost) dan biaya tidak tetap yang lain. Margin juga dapat berarti deposit atau uang muka yang dibayarkan oleh investor dengan atau tanpa makelar yang merupakan pembayaran sebagian atas harga beli saham atau komoditas. 
Sebagai pelaku ekonomi, kita perlu mengklarifikasi ketika mendengar orang lain menyebut kata margin. Lebih-lebih, jangan secara gegabah menerima suatu kontrak ekonomi sebelum jelas margin pada tingkat apa yang dimaksud pihak lainnya. Apakah margin kotor ataukah margin penjualan? Jika margin kotor, maka yang dimaksud adalah pendapatan kotor atau pendapatan bruto.

Sekedar mengingatkan kembali pembahasan kita sebelumnya, pendapatan bruto (kotor) adalah semua penerimaan dari penjualan—baik tunai maupun kredit, dan dari penjualan barang ataupun jasa setelah dikurangi harga pokok penjualan (HPP) atau dalam bahasa Inggris disebut cost of goods sold (COGS). Jadi omzet jelas bukan pendapatan bruto!

Sekarang mari kita memerhatikan istilah margin penjualan. Secara bahasa Indonesia yang baik dan benar, tentu saja KBBI tidak dapat disalahkan. Namun, dalam praktiknya orang bisa saja membicarakan margin penjualan bermaksud mengatakan selisih antara harga jual dengan harga beli. Misalnya Iksan membeli 100 kg beras senilai Rp 1,500,000 dan menjualnya secara eceran @ Rp 20,000/kg, maka margin penjualan yang diperoleh adalah Rp 5,000 per kilogram. Dengan demikian berbeda pendapat dengan KBBI. Jika kita baca kembali secara teliti, maka Iksan masih perlu memasukkan biaya produksi tidak tetap dan biaya tidak tetap lainnya. Contoh biaya produksi tidak tetap Iksan mungkin saja biaya giling, dan biaya tidak tetap lainnya bisa saja pengeluaran untuk membeli bahan-bahan pembungkus, biaya pengangkutan dan sebagainya yang bervariasi atau tidak tetap.

SEBAIKNYA TIDAK LAGI MENGGUNAKAN ISTILAH MARGIN

Seperti halnya istilah omzet yang telah kita bicarakan sebelumnya, sebagai praktisi akuntansi saya jarang mendengar apalagi menggunakan istilah margin. Namun ketika saya berkecimpung di business coaching saya mulai sering mendengar klien-klien saya menyebut kata ini.

Mula-mula saya menganggap bahwa maksud mereka adalah profit margin. Tetapi saya menyadari kalau saya harus mengklarifikasi apa yang mereka maksudkan. Bagaimana klien-klien saya dapat mencapai keuntungan yang diinginkan jika mereka tidak berpikir secara spesifik? Bisa-bisa mereka hanya fokus pada margin penjualan dan meleset (bukan melesat) profit marginnya, yaitu bottom line atau baris paling akhir yang dari laporan laba rugi.

Bottom line menyatakan laba bersih yang sangat penting bagi kelangsungan hidup setiap bisnis. Karena itu saya memandu klien-klien saya untuk membaca dan mempresentasikan profit sebagai bertambahnya kekayaan bersih dari usaha yang dilakukan pada periode tertentu. Untuk memudahkan pemahaman mari kita melanjutkan penyajian Laporan Laba Rugi UD Indonesia Segar.

Silakan perhatikan laporan laba rugi UD Indonesia Segar berikut ini. Pada pembahasan sebelumnya kita telah sampai pada Laba Bruto (Kotor).

Antara laba kotor dan laba bersih terdapat beban atau biaya yang perlu dikelola secara benar. Saya masih ingat pra krismon 1997, sedang tren munculnya pengusaha-pengusaha muda bergaya jetset. Banyak di antaranya berasal dari keluarga berpengaruh atau dekat dengan pusat kekuasaan dan dengan demikian akses mendapatkan kucuran kredit usaha dari bank-bank papan atas sangat mudah.

Selain itu mereka menyandang gelar MBA di samping gelar akademi lain seperti Sarjana Teknik. Saya mengenal beberapa di antaranya yang selalu tampil glamor dan hebat. Mereka tidak segan-segan membelanjakan dana pinjaman dari bank untuk menyenangkan hati calon pelanggan kelas kakap. Kegiatan "bisnis" mereka di pagi hari main golf dan di malam hari melobi di kelab-kelab malam. Akibatnya biaya atau beban umum melebihi pendapatan. Istilah orang "besar pasak daripada tiang". Walaupun saya tidak memiliki data akurat, tapi saya menduga kelakuan pengusaha-pengusaha muda seperti mereka itu turut menciptakan guncangan moneter di tahun 1997-1998.

Pengusaha pemula sebaiknya selalu mengingat bahwa laba kotor apalagi pendapatan dari penjualan tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Anda hanya boleh mengeluarkan uang sesuai seperti tercatat dalam anggaran atau budget.


-->
Bahkan jika Anda hanya pemilik warung di dalam gang, Anda harus memisahkan uang usaha warung dengan uang pribadi. Jika Anda lapar dan ingin makan mie instan, Anda harus membelinya, bukan asal comot. Risiko dari kesalahan mengelola keuangan adalah kebangkrutan.
PENJELASAN
Laporan keuangan di atas saya tampilkan mulai dari laba kotor hingga baris terakhir atau bottom line yang menunjukkan laba atau rugi. Sesuai janji saya sebelumnya, saya akan menjelaskan apa itu beban atau biaya?

Beban atau biaya dalam bahasa Inggris disebut expense terdiri dari dua kelompok, yaitu beban operasional dan beban umum administrasi.

Biaya Operasional : Merupakan beban yang berhubungan langsung dengan kegiatan operasional bisnis, karena itu sering disebut biaya langsung, atau biaya variabel, dan biaya tidak tetap. Variabel artinya bervariasi atau tidak tetap, artinya semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan semakin tinggi pula beban ini. Dalam contoh UD IS, yang termasuk biaya operasional adalah:
·       Upah Tenaga Kerja Langsung: Biaya upah sebaiknya dipisahkan antara yang langsung dapat dihubungkan dengan satuan output. UD IS mempekerjakan karyawan untuk mencuci dan menyiangi sayuran, serta mengepaknya. Juga terdapat tenaga kerja yang khusus memilah-milah sayuran yang dibeli dari petani atas kriteria kualitas A; B; dan C. Semakin banyak sayuran yang diproses semakin besar pula beban upah UD IS.
·       Listrik, Air: Pembebanan listrik dan air adalah yang terpasang di gudang dan sepenuhnya digunakan untuk proses pencucian, pengepakan dan seleksi sayuran. Sedangkan beban listrik karena untuk lemari pendingin dan penerangan gudang. Beban air dan listrik pada umumnya adalah biaya tetap, namun di kantor UD IS pembebanannya sangat kecil sehingga dimasukkan dalam beban lain-lain.
·       Sewa Gudang: adalah beban yang terjadi karena UD IS menyewa gudang untuk kegiatan usaha dan penyimpanan sementara sayuran yang belum terkirim.
·       Beban Penyusutan Peralatan: UD IS memerlukan berbagai peralatan untuk melakukan kegiatan usaha, seperti: Lemari pendingin, timbangan, alat pengepakan, meja kerja dan sebagainya. Perabot dan peralatan-peralatan ini merupakan harta tetap yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Berhubung tidak habis terpakai, maka dihitung beban penyusutannya. Tentang penyusutan akan dijelaskan ketika membahas neraca perusahaan.  
·       Beban Operasional Lain: Merupakan biaya operasional yang tidak rutin terjadinya dan jumlahnya tidak signifikan, maka dapat dikelompokkan dalam pos ini.

Beban Umum dan Administrasi: Sering disebut biaya tetap atau fixed cost dan biaya tidak langsung berhubungan dengan kegiatan produksi barang dan jasa. Dengan kata lain naik turunnya jumlah output tidak memengaruhi naik turunnya beban umum dan administrasi. Beban-beban umum dan administrasi seharusnya dikelola dan dikendalikan. Dalam contoh UD IS, yang termasuk beban tetap ini adalah:
·       Gaji dan Bonus: Merupakan gaji pemilik, manager pemasaran dan staf kantor. Termasuk pula bonus tenaga pemasaran dan THR (tunjangan hari raya).  
·       Perlengkapan Kantor: Komputer, pencetak, mesin faksimili, mesin absensi, kalkulator dan sejenisnya biasanya dibebankan sebagai beban perlengkapan kantor. Bila nilainya signifikan dan umur ekonomisnya lebih dari satu tahun dapat dihitung beban penyusutannya agar laporan keuangan mencerminkan ketepatan pembebanan perperiode.  
·       Telepon dan Internet: Beban abonemen, pulsa telepon dan internet yang digunakan untuk kegiatan bisnis.
·       Perijinan: Merupakan beban yang timbul berhubung UD IS harus mendapatkan ijin dari Pemda setempat. Perijinan ada yang berlaku tanpa batas waktu ada yang perlu diperpanjang setiap tahun. Dalam halnya UD IS perijinan tidak terlalu besar dan dibebankan pada periode terjadinya. Bila sangat besar jumlahnya, perusahaan dapat melakukan amortisasi. 
·       Alat-alat dan Persediaan Kantor: UD IS mengelompokkan alat-alat kantor seperti yang disebutkan sebelumnya dan alat-alat kantor kecil, contoh: stapler, pelubang, dan lain-lain. Sedang persediaan adalah kertas, alat tulis kantor dan pantry (teh, gula, kopi dan air minum).
·       Beban Lain-lain: Semua beban yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam salah-satu pos-pos tersebut di atas dan terjadinya tidak rutin serta jumlahnya tidak signifikan besar dapat dimasukkan dalam pos ini.  

Pendapatan dan Beban Lainnya: Bila suatu perusahaan menerima pendapatan dari sumber lain selain kegiatan bisnis intinya, maka biasanya dicatat secara terpisah. UD IS misalnya mengolah sayuran rusak menjadi pakan ternak dan merupakan penghasilan tidak tetap, maka dibukukan sebagai pendapatan di luar usaha.

Bunga Bank: Alasan mencatat bunga bank di bawah baris laba bersih adalah untuk memisahkannya dari pendapatan dan beban yang berhubungan dengan kegiatan bisnis inti. Selain itu juga memudahkan pengendalian.

Sampai di sini saya berharap pembaca telah memahami bedanya margin penjualan dengan margin profit atau laba bersih. Dalam contoh UD IS; laba bersih pertahun adalah Rp 138 juta. Sebenarnya pemilik UD ini belum dapat mengakui seluruh penghasilannya sebab ia masih harus membayar pajak penghasilan. Untuk memberikan Anda contoh laporan laba rugi, untuk sementara kita menunda pembahasan tentang pajak penghasilan.
-->

Comments