Seorang dosen yang
seumur hidupnya sangat idealis di hari tuanya tentu saja tidak memiliki
tabungan dan juga tidak pernah membeli asuransi kesehatan. Hal ini dipandang
wajar oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih berjiwa
gotong-royong. Buktinya, pak dosen jatuh sakit cukup serius dan membutuhkan
perawatan intensif. Dana tidak tersedia, keluarga dekat juga tidak punya, yang
paling dekat ya pemilik kos di mana ia tinggal selama puluhan tahun. Ibu kos
inilah yang kemudian menghubungi beberapa mantan mahasiswa pak dosen dan mereka
mulai menggalang dana supaya pak dosen mendapatkan perawatan. Syukurlah, dengan
adanya sosial media, penggalangan dana ini dapat berjalan cepat dan lancar.
Namun pertanyaan yang
seharusnya kita renungkan adalah: Setelah dana terkumpul, Pak Dosen dirawat di
rumah sakit, bagaimana selanjutnya? Apakah mungkin orang terus-menerus
menyumbang? Agak sulit, bukan? Alangkah baiknya jika pak dosen sejak awal
menyisihkan sebagian pendapatannya dan membeli asuransi jiwa dan asuransi
kesehatan.
Cerita lain di tempat
lain, seorang janda dengan 3 putra-putri menderita penyakit berat di usia
senja. Kondisi keuangan anak-anaknya pas-pasan dan selain itu tidak berniat
sungguh-sungguh untuk membiayai pengobatannya, maka mau tidak mau ia harus
menjual perhiasan emasnya satu demi satu supaya dapat membeli obat. Setiap kali
melihat perempuan ini saya bertanya dalam hati: Apakah akan berbeda seandainya
ibu ini dan almarhum suaminya membeli polis asuransi kesehatan dan jiwa ketika
mereka masih di usia produktif? Tapi dipikir-pikir lagi ya, tidak mungkinlah. Tiga
puluh hingga 50 tahun yang lampau, mindset orang-orang Indonesia kelas menengah
ke bawah kan masih tidak familiar dengan asuransi jiwa atau kesehatan. Masih
bagus ibu ini membeli perhiasan emas ketika masih muda.
Bukan hanya di
Indonesia, di Amerika Serikat saja yang sudah merdeka beratus tahun itupun
dulunya enggan mengeluarkan uang untuk membeli polis asuransi. Penjual asuransi
waktu itu merupakan salah-satu pekerjaan paling menantang. Sebab mereka harus
berjalan seharian, mengetuk pintu demi pintu dan mendapatkan dampratan
penghuninya. Dari itu muncul cara memotivasi penjual dengan pelogikaan dari
1,000 pintu yang diketuk pasti ada 10 persen yang akan membiarkan penjual
masuk, dan dari 10 penghuni yang mendengarkan penawaran paling tidak akan ada
satu yang membeli. Bayangkan! Berapa ratus ribu pintu harus diketuk setiap
bulannya?
Cara menjual asuransi
beberapa dekade terakhir sudah mengalami perubahan. Beberapa tahun yang lalu, saya
masih mendapati kenalan-kenalan baru berusaha menawarkan produk asuransi yang
dijualnya. Sekarang sepertinya pekerjaan “penjaja asuransi “ sudah tidak eksis.
Boleh dikatakan lebih elegan. Berkembangnya online marketing tentu saja juga
turut mempercepat perubahan. Namun, apakah kesadaran orang Indonesia
mengasuransikan jiwanya masih tetap ortodok? Teman saya selalu mengatakan bahwa
God is my assurer, yang mengasuransi segenap kehidupannya. Bilamana orang sudah
mengatasnamakan Tuhan, saya tidak berani berkomentar.
Sakit itu mahal, bukan
hanya sekarang ini, tapi sejak zaman dulu. Lagi pula bila sudah sakit, orang
akan melupakan sifat pelitnya dan mengeluarkan uang sebanyak yang diminta
dokter, sinshe atau kasir di rumah sakit. Tapi, kalau uang yang dibutuhkan
tidak tersedia?
Sekarang Pemerintah
dalam langkahnya menyejahterakan masyarakat memang telah mengeluarkan program
BPJS, tapi apakah mencukupi? Belum lama ini, seorang teman dirawat di rumah
sakit dengan menggunakan BPJS, namun tentu saja tidak mencukupi karena
obat-obatan yang perlu dibelinya sangat mahal. Selain itu penderitaan sakitnya
harus didobel dengan menempati kamar kelas tiga yang pengap serta berbagi dengan
5 orang pasien lainnya. Jika saja dirinya memiliki asuransi kesehatan, saya
pikir dia pasti ingin dirawat di kamar berpedingin udara dan nyaman.
Hingga di sini Anda
mungkin sudah tidak ingin melanjutkan membaca, Anda mungkin berprasangka bahwa
saya sedang mempromosikan asuransi kesehatan. Jangan salah sangka dulu. Saya
ini TACS (Trainer-Author-Coach-Speaker), bukan agen asuransi. Sesuai dengan
profesi saya, saya ingin menginspirasi Anda menyiapkan diri menghadapi situasi
yang kurang menguntungkan. Saya sudah berulang kali menyampaikan bahwa ketika
sedang sehat dan memunyai sumber penghasilan, harus menabung. Saya akan
memposting artikel yang membahas tuntas hal ini pada kesempatan mendatang.
Setelah mencapai apa
yang biasa disebut dana emergensi (6 – 12 bulan pengeluaran rutin); harus mulai
berinvestasi. Berinvestasi perlu sekali dibedakan dengan berspekulasi. Karena
investasi ini untuk masa tua setelah kita tidak lagi mampu menghasilkan, maka
pilihlah jenis investasi yang pertumbuhannya stabil, jangan pilih yang
tumbuhnya cepat, matinya cepat—itu namanya berspekulasi. Jika hingga usia Anda
mencapai 40 tahun dan belum memiliki tabungan untuk hari tua, berkompetisilah
dengan waktu sambil mengeratkan ikat pinggang. Dalam hubungannya dengan
asuransi kesehatan dan jiwa, sudah tersedia produk yang disebut uni-link.
Sambil berinvestasi peserta juga mendapatkan polis asuransi. Tentu saja program
ini ini dapat Anda manfaatkan bilamana Anda masih berusia di bawah 30 tahun.
Bukan karena dilarang oleh siapa-siapa, investasi jenis ini sangat lambat
pertumbuhannya.
Sebenarnya seperti apa
BJPS itu? Info selengkapnya dapat ditemukan di https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/
Bagaimana dengan
asuransi-asuransi yang banyak sekali penawaran itu? Mana yang lebih baik?
Belakangan ini, semua perusahaan asuransi berlomba-lomba memberikan yang
terbaik. Proses klaim disederhanakan dan kerja sama dengan rumah sakit semakin
ditingkatkan. Namun bagaimanapun kita jangan membeli kucing dalam karung, jadi
temuilah beberapa agen dari perusahaan asuransi berbeda. Jangan malu bertanya.
Saya sadar betapa
pentingnya memiliki asuransi kesehatan dan asuransi jiwa serta investasi sedini
mungkin agar di hari tua tetap bisa bergaya, namun saya bukan expert asuransi.
Jika ada pembaca yang memiliki pengetahuan luas tentang asuransi kesehatan
utamanya, saya persilakan berbagi di ruang komentar atau mengirimkan artikelnya
untuk dimasukkan di blog ini supaya teman-teman pembaca saya mendapatkan
informasi yang afdol.
-->
Comments
Post a Comment