Beberapa hari yang
lalu, saya membuat pooling pendapat: Apakah Anda setuju berbisnis tidak
dibutuhkan modal? Menarik sekali: Mayoritas (82%) responden menjawab: Kurang
setuju. Hanya beberapa yang menjawab sangat setuju (12%) dan 6% menjawab tidak
setuju.
Kurang setuju
sepertinya mencerminkan bahwa selalu ada variasi dalam bisnis. Modal juga dapat
dimaknai menurut berbagai sudut pandang. Responden mayoritas tidak mengatakan
bahwa modal adalah harga mati dalam berbisnis, mungkin saja orang dapat memulai
bisnis tanpa modal. Contohnya adalah apa yang dikemukakan oleh: Eric Ries dalam
bukunya The Lean Startup “…Mengabaikan batasan, dengan dipersenjatai teknologi
mutakhir dan antusiasme anak muda, mereka mendirikan perusahaan baru dari nol.”Nah, Anda sudah mendapatkan sokongan
bukti: bahwa memang mungkin saja mendirikan perusahaan baru dari nol. Tapi,
ingatlah bahwa mereka dipersenjatai teknologi mutakhir dan antusiasme anak
muda. Jadi sebenarnya juga dapat dikatakan tidak ada yang dimulai dari nol. Pohon
yang berbuah hari ini sebenarnya telah ditanam bertahun-tahun sebelumnya. Kita hanya
berkesempatan menyaksikan usaha mereka memetik buahnya.Tapi saya masih bisa membayangkan betapa bingungnya Anda yang ingin memulai
usaha. Anda mungkin menghadiri pelatihan berjudul megah: “Pelatihan Untuk
Calon Entrepreneur”, padahal Anda sedang berencana membuka warung makan
sederhana di depan rumah. Atau Anda mendengar ada ahli yang bisa membimbing
Anda memulai usaha dari nol tapi begitu Anda ingin benar-benar terjun, orang
tersebut meminta Anda menyediakan sekian juta sebagai biaya business coaching. Saya tidak mengatakan
bahwa pemikiran dan waktu orang itu pantas digratiskan, saya hanya ingin
mengatakan bahwa pengeluaran itu seharusnya dicatat sebagai modal usaha Anda.Baiklah kita kembali ke pembahasan aslinya: Modal.
APA ITU MODAL?
Mari kita bahas "modal" sebagai komponen laporan keuangan akuntansi, bukan dari sudut bagaimana mendapatkan modal atau modal dengkul.
Akuntansi sebenarnya sesederhana kebutuhan. Artinya Anda dapat menyelenggarakan pencatan sederhana ketika baru memulai suatu usaha dan ketika perusahaan Anda berkembang laporan keuangan dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan. Bahkan dewasa ini telah tersedia software yang mudah namun sekaligus canggih. Saat memulai Anda tidak perlu merisaukan hal-hal yang belum diperlukan. Cukup membuat catatan sederhana tapi benar. Dan Anda cukup mengikuti saja pembahasan di blog saya, tahap demu tahap.Supaya mudah dipahami, mari kita mengikuti venture Rina.
Setelah bekerja di luar negeri beberapa tahun, Rina telah berhasil mengumpulkan uang untuk modal usaha di kota asalnya. Tidak hanya mengumpulkan uang, Rina juga rajin menabung ilmu, di antaranya entrepreneurship atau kewirausahaan. Di kota asalnya sudah banyak yang membuka warung makan, supaya dapat bersaing, Rina harus inovatif. Setelah berunding dengan mentornya ia akhirnya memutuskan untuk menyediakan makanan enak dan sehat. Selain berjualan di depan rumah, ia juga melayani katering bebas gluten, rendah karbohidrat, bebas bahan-bahan pengawet atau bebas gula. Rina bahkan membantu pelanggannya mengatur kalori sesuai kebutuhan.Pada awalnya orang-orang di kotanya mencibir dan keluarga meragukan. “Tanpa penyedap? Wah, mana enak? Siapa yang mau beli masakan yang tidak enak?” Begitu suaminya meragukan keberhasilannya. Seperti pada umumnya wirausaha lainnya, Rina mulai dari “nol” dan pantang menyerah mendengar kata-kata dan sikap skeptis suaminya. Ia terus berpikir kreatif untuk mendapatkan pelanggan. Sementara itu, ia sudah menginvestasikan uang tabungannya dan mencatatnya dengan rapi.
Akuntansi sebenarnya sesederhana kebutuhan. Artinya Anda dapat menyelenggarakan pencatan sederhana ketika baru memulai suatu usaha dan ketika perusahaan Anda berkembang laporan keuangan dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan. Bahkan dewasa ini telah tersedia software yang mudah namun sekaligus canggih. Saat memulai Anda tidak perlu merisaukan hal-hal yang belum diperlukan. Cukup membuat catatan sederhana tapi benar. Dan Anda cukup mengikuti saja pembahasan di blog saya, tahap demu tahap.Supaya mudah dipahami, mari kita mengikuti venture Rina.
Setelah bekerja di luar negeri beberapa tahun, Rina telah berhasil mengumpulkan uang untuk modal usaha di kota asalnya. Tidak hanya mengumpulkan uang, Rina juga rajin menabung ilmu, di antaranya entrepreneurship atau kewirausahaan. Di kota asalnya sudah banyak yang membuka warung makan, supaya dapat bersaing, Rina harus inovatif. Setelah berunding dengan mentornya ia akhirnya memutuskan untuk menyediakan makanan enak dan sehat. Selain berjualan di depan rumah, ia juga melayani katering bebas gluten, rendah karbohidrat, bebas bahan-bahan pengawet atau bebas gula. Rina bahkan membantu pelanggannya mengatur kalori sesuai kebutuhan.Pada awalnya orang-orang di kotanya mencibir dan keluarga meragukan. “Tanpa penyedap? Wah, mana enak? Siapa yang mau beli masakan yang tidak enak?” Begitu suaminya meragukan keberhasilannya. Seperti pada umumnya wirausaha lainnya, Rina mulai dari “nol” dan pantang menyerah mendengar kata-kata dan sikap skeptis suaminya. Ia terus berpikir kreatif untuk mendapatkan pelanggan. Sementara itu, ia sudah menginvestasikan uang tabungannya dan mencatatnya dengan rapi.
Peralatan dapur
Peralatan makan
Meja kursi, tenda
dan etalase serta renovasi
Bahan-bahan (beras,
bumbu dapur, bahan pembungkus dan lain-lain)
Kas
|
Rp 12.500.000
Rp 2.750.000
Rp 22.000.000
Rp 750.000
Rp 12.000.000
|
Total
|
Rp 50.000.000
|
Jadi total modal usaha
Rina adalah Rp 50 juta, terdiri dari:
1. Modal Investasi: Dana yang disediakan di
awal usaha dan biasanya digunakan untuk membeli harta tetap seperti tempat
usaha (renovasi), perabotan, perkakas dan sebagainya. Dalam contoh usaha warung
makan Rina adalh Rp 38 juta.
2. Modal kerja: Dana yang dibutuhkan untuk
membiayai operasional seperti membayar listrik dan air, membeli bahan-bahan dan
sebagainya. Dalam contoh warung makan Rina adalah Rp 12 juta.
Sebagai usaha start
up, Rina harus mampu mengelola modal kerjanya secara inovatif dan kreatif. Rina
merasa tertantang untuk mengaplikasikan pelajaran entrepreneurship yang pernah
diikutinya. Tiga bulan pertama usahanya masih merangkak. Kebanyakan masakan
tidak terjual dan menjadi santapan seluruh keluarga. Sedangkan pelanggan
katering baru 2 keluarga. Rina terus berinovasi, meningkatkan kualitas dan
menggencarkan promosi di antaranya dengan mengajak kerja sama rumah sakit
setempat. Melakukan talk show tentang food combining di stasiun radio, menulis
di blog pribadinya dan memanfaatkan media sosial untuk berpromosi. Untunglah
sekarang keluarganya memberikan dukungan sebab mulai percaya akan ide-ide
inovatif dan kualitas masakannya.
NERACA
Neraca atau balance
sheet adalah laporan keuangan yang memperlihatkan posisi aset kewajiban
(hutang) dan ekuitas per tanggal tertentu. Tujuannya adalah untuk melaporkan
posisi keuangan perusahaan. Secara
sederhana, Rina menyiapkan neraca di awal usahanya sebagai berikut:
PENJELASAN:
- Neraca disusun mengikuti prinsip akuntansi; aktiva (harta) = pasiva (hutang) + Modal.
- Aktiva (harta) dikelompokkan berdasarkan likuiditas (kecairan). Kas atau uang tunai merupakan harta yang paling likuid. Artinya jika ada tagihan dari pihak ketiga, maka yang paling mudah diserahkan sebagai alat bayar.
- Pada susunan harta tetap biasanya dimulai dengan yang paling tinggi nilainya, misalnya tanah dan bangunan hingga yang terkecil nilainya, misalnya peralatan.
- Pasiva (kewajiban) disusun mulai dengan hutang jangka pendek yaitu yang kurang dari 1 tahun dan diikuti dengan hutang jangka panjang.
Harap diingat bahwa
tulisan ini bermaksud menunjukkan cara mencatat modal usaha, maka perincian pencatatannya
tidak kita perdalam lebih lanjut.
Bilamana Anda
memerlukan bantuan menyusun sistem laporan keuangan lengkap, silakan
menghubungi kami.
modalku memang perlu diperkirakan dalam segala hal untuk memulai bisnis, nice share :)
ReplyDelete