Old School to Millennia

Jika Anda bertanya kepada saya; "bagaimana melatih dan mengembangkan tim manajemen yang terdiri dari anak-anak muda di bawah 30 tahun?" Maka jawaban saya sama saja ketika orang bertanya kepada saya bagaimana membangun tim yang terdiri dari orang-orang berumur 40 ke atas. Sama saja. Human is the same species that share the same set of values. Jadi jangan memberi label tertentu pada kelompok manusia tertentu karena itu akan menciptakan kesulitan-kesulitan persepsi.
Set of values terdiri dari core values dan values lain yang dapat diterima atau dianggap penting. Beberapa values seperti: kejujuran, kerja keras, kebahagiaan, kemajuan, kekayaan, dan lainnya tidak pernah dapat dibedakan dari generasi ke generasi.Beberapa waktu yang lalu dalam suatu diskusi, teman saya mengemukakan pendapat: "Generasi Milenia ini hebat-hebat. Mereka bergerak cepat dan mau berbagi dalam berbisnis.""Baiklah," kata saya, "saya setuju generasi sekarang dapat bergerak cepat dan harus bergerak cepat karena dunia, utamanya dunia bisnis bergerak cepat disebabkan teknologi yang memungkinkan itu."Ketika saya berumur 18 tahun—hampir seumur anak-anak muda yang dilabel Generasi Milenia atau Generasi Y, dan terjun ke dunia kerja, saya tidak memiliki akses informasi sebebas sekarang. Untuk mengetahui apa yang sedang berlangsung di kota sendiri saja terbatas apalagi global? Sebagian orang, termasuk saya lalu bercita-cita mendekati akses sumber informasi yang lebih luas, urbanisasi ke Jakarta. Teman-teman SMA saya banyak yang beruntung datang ke Jakarta atau Pulau Jawa sebagai mahasiswa, lulus langsung mendapatkan pekerjaan di perusahaan-perusahaan swasta besar atau sukses menjadi PNS. Tapi saya harus berusaha mendapatkan informasi melalui siaran radio gelombang pendek yang sekarang digantikan streaming.
Saya tidak suka menyebut manusia dengan nama tertentu. Tiga puluh tahun yang lalu sudah ada orang hebat-hebat, bergerak cepat dan mau berbagi. Di dekade ini juga masih banyak orang yang terpuruk, bergerak lambat, mengalir saja, bingung, tolah-toleh mencari jalan. Sebagian anak-anak mudaPerhatikan orang-orang sekarang yang paling tidak memiliki satu gawai canggih dan selalu tampak sibuk mengetik, men-scroll layar sentuh dan tidak peduli apa yang sedang berlangsung di sekelilingnya. Ijasah mengetik 10 jari yang pernah menjadi kebanggaan pemilikinya 30 tahun lampau tentu saja tidak lagi berguna hari ini. Saya mendapatkan ijasah tersebut ketika duduk di bangku SMA tingkat 11, tapi saya tidak benar-benar mengetik dengan 10 jari, paling-paling saya menggunakan 2 jari dan 2 jempol. Tapi saya mengetik sangat cepat dan sangat berisik. Saya tidak pernah memvisi diri saya menjadi a good typist, sebab cita-cita saya sejak dulu menjadi manager yang tinggal menyuruh pengetik. Manager tidak diharuskan melakukan pekerjaannya sendiri, melainkan get things done through other people.

Membangun Tim Andalan


Jika Anda bukan generasi Y atau Milenia tapi sedang merasa ketakutan bagaimana dapat fixed in, ketahuilah bagaimana memimpin setiap orang tanpa memandang umur, jenis kelamin, ras dan agama untuk bersama-sama mencapai visi yang sama.  Sejak dahulu kala, seseorang yang berada di posisi manager sudah seharusnya tahu memakai paling tidak 6 topi yang berbeda.
Ada banyak manager hanya menjadi perpanjangan tangan pemiliki perusahaan. Mereka memberi instruksi kepada sekelompok orang yang bekerja di bawah pengasawannya sambil melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Manager-manager ini hampir-hampir tidak memiliki waktu untuk mendelegasikan tugas-tugas kepada karyawannya. Di dunia yang bergerak serba cepat ini, manager harus berani mengalokasikan waktu untuk membangun timnya (mungkin ini yang dimaksud mau berbagi dengan orang lain?). Manager yang ingin maju harus dapat membantu staf dan karyawan memvisi masa depan, bergerak atau berpindah dari present state menuju desired state.
Bagaimana mencapai goal atau target yang diberikan perusahaan?
Setelah menjelaskan present state dan memvisikan desired state, manager harus mampu memandu timnya bergerak. Memandu ini dalam arti memotivasi dan mengarahkan di jalan yang telah dipetakan.
Tim Anda akan dapat membantu mencapai target/gol jika mereka memiliki keterampilan melakukan pekerjaan, dan pada tahap ini manager harus dapat melatih dan mengajar timnya. Pekerjaan manager bukanlah pelaksana tugas yang sepanjang hari melototi layar monitor, bukan pula pengawas, sebab pengawas itu seharusnya disebut mandor. Manager mengobservasi perilaku staf dan mendiskusikan hasil observasinya dalam feedback loop proses manajemen. Ketika semua proses berjalan lancar, manager tidak berhenti memberikan penguatan-penguatan dengan mengambil peran mentor dan sponsor.

How To Fixed In?
Barangkali Anda adalah orang yang sudah cukup berumur dan baru dipromosikan sebagai manager atau direktur. Hari pertama Anda tiba di kantor baru dan menjumpai sekelompok anak-anak muda dengan pakaian kasual, sepatu ketz dan sibuk dengan gajet canggih masing-masing. Tidak ada yang memedulikan kehadiran Anda. Dan ketika hendak mengangkat suara (istilah old school) Anda ragu-ragu sewaktu melihat earphone terpasang di telinga hampir setiap orang yang ada di ruangan.
Jika Anda mundur dan berusaha melimpahkan kesalahan pada sebuah istilah: Gen Y, Anda rugi. Sebenarnya sangat mudah memulai komunikasi dengan anak-anak muda penggemar teknologi komunikasi ini, misalnya: Anda dapat masuk ke dalam ruangan kerja dan menyebarkan pesan perkenalan ke masing-masing akun WhatsApp mereka. Anda dapat menulis: Hey, saya Sutanto, manager Anda yang baru. Saya ingin masing-masing membalas message ini dengan menyebutkan nama, hobi dan keahlian. Setelah mendapatkan balasan, Anda dapat menciptakan suasana keakraban dengan mendiskusikan satu atau dua hal umum sebelum mengumpulkan semuanya dalam pertemuan tatap muka.Jika Anda merasa berdiri di seberang jalan yang berbeda dengan generasi sekarang, tidak usah berusaha meniru mereka, tidak usah meminta mereka meniru Anda terutama jangan mengubah gaya berkomunikasi atau bekerja mereka. Yang perlu dilakukan adalah memahami apa yang penting bagi mereka, dengan kata lain mengetahui apa values mereka. Setelah itu, Anda dapat memimpin mereka melalui hambatan rintangan dari present state menuju desired state. Tetaplah menjadi diri Anda seperti halnya Ben Whittaker (Robert De Niro) dalam film Intern (2015).

-->

Comments