Google Image; modified by this blogger |
Cara dan Pendekatan Berbeda
Setiap orang
memilih caranya sendiri untuk mencapai tujuan hidupnya. Ada bajing loncat di
era aku masih muda dulu, entah sekarang disebut dengan istilah apa? Ada orang yang terus-menerus berada di tahap start up. Beberapa bulan sebelumnya
bertemu di bandara, dia bercerita sedang melakukan perjalanan bisnis bidang
tertentu. Tahu-tahu membaca statusnya kalau teman ini sudah pindah ke lain
bidang. Memang ada juga sih orang yang aku kenal memilih bidang "tukang
mendirikan perusahaan", spesialisnya memang start up, tapi begitu bisnis yang didirikannya mulai mantap, ia
jual atau alihkan kepada orang lain.
Suatu hari aku ngopi dengan
seorang kenalan lama. Kenalan ini menceritakan success story-nya menjadi bagian dari suatu organisasi terpandang
tingkat dunia. Karena memang kagum pada keberhasilannya yang menurut penuturannya
dicapai dengan susah payah dan didukung faktor luck juga, aku mengatakan: I am proud of you, my friend! Entahlah
kalau pernyataan sikap kekagumanku ia ditanggapi sebagai rasa takluk—tersirat:
seandainya aku mendaftar sebagai calon mungkin aku juga tersisihkan seperti
puluhan bahkan ratusan kontestan lainnya, ataukah ia sesungguhnya tidak tahu
kualifikasiku, dan ia berbaik hati menganjurkan aku mengunduh aplikasi dari
gurunya dan berpartisipasi di sebuah seminar yang katanya akan mentrsformasi
diriku.
Terus-terang, aku langsung tertarik (biasalah aku ini). Untunglah produk
hebat tersebut belum tersedia saat itu juga sehingga aku bisa menyelamatkan
dompet setelah cooling down. Transformasi diri? Pada tahap ini? Akan jadi apa lagi aku ini ya? Apakah bukan sebaiknya aku membesarkan apa
yang sudah kubangun, meneruskan perjalanan yang sudah kumulai? Kok aku perlu
transformasi? Bukankah sudah kulakukan 40 tahun lalu; dilanjutkan 30 tahun lalu
dan 20 tahun lalu serta 10 tahun lalu sebagai yang terakhir? Aku sudah “selesai dengan diriku”, aku sudah menemukan apa yang kucari dan aku
tidak perlu lagi berburu tiket seminar berharga ribuan dolar. Mengunduh
aplikasi motivasi dan mendapatkan tester gratis kemudian merogoh ratusan hingga
ribuan dolar untuk membayar sisanya? Tidak perlu lagi!
Empat puluh tahun lalu, di saat aku sudah berani bertansformasi, aku memutuskan
untuk melanjutkan sekolah walaupun tidak tahu darimana atau bagaimana
membiayainya. Buku-buku Dale Carnegie, Napoleon Hill dan lain-lain di
perpustakaan sekolah telah membuka cakrawala pikiranku, aku yakin akan adanya
kemungkinan mencapai sukses tanpa limit. Sayangnya, aku sempat tergoda
mengambil jalan lain ketika tiba di persimpangan pertama. Aku kembali ke titik start sekali lagi. Nasib secara ajaib
melemparkan aku dan aku menanggapinya dengan menetapkan tujuan baru. Sejak itu
aku hampir tahu apa yang kuinginkan dalam hidupku. Guru-guru transformasi diri
yang menemani perjalanan hidupku semakin berderet: Tony Robbins merupakan
salah-satunya sebelum akhirnya aku menemukan NLP panduan penghebatan diri lengkap
dan aku banget.
Sepuluh tahun lalu aku pun memutuskan untuk mentransformasi diri untuk
terakhir kalinya. Mengapa terakhir kalinya? Karena aku telah ‘selesai dengan
diriku’. Aku tidak lagi meragukan diri atau gentar di depan altar Nasib. Aku
memahami maksud setiap kata yang diucapkan orang lain dan suara-suara batinku
sendiri tanpa memerlukan referensi atau penggetar dari luar.
Aku tidak mengatakan perjalanan sepuluh tahun ini tanpa godaan, utamanya
oleh survivorship bias seperti yang
dikemukankan Rolf Dobelli dalam buku bestseller-nya “The Art of Thinking
Clearly”. Ilusi sukses yang dibesar-besarkan ini pulalah yang menyerangku ketika sedang ngopi
dengan teman lama tadi.
Namun aku berterima kasih kepada kenalan ini, sebab beberapa hari
kemudian ketika dia mengirimkan informasi lebih lanjut seminar transformasi
diri tadi, aku mendapatkan kesempatan memantapkan hati. Apa yang ingin aku
lakukan sekarang? Aku hanya ingin melakukan apa yang kucintai karena aku telah
dikaruniakan kesempatan-kesempatan. Transformasi diri yang kulakukan tiga puluh
tahun lalu, telah memberikan hasil yang dapat kunikmati sepanjang sisa hidupku
yang entah tinggal berapa tahun lagi. Aku tidak seharusnya terombang-ambing oleh
ilusi-ilusi sukses orang lain karena tujuanku adalah menyiapkan sebanyak
mungkin legasi. Ketika aku menerima upah dari sebuah pekerjaan aku tahu aku
telah memberikan sepuluh kali lipat dibandingkan upah itu sendiri. Aku tak
butuh lagi menghadiri seminar hebat manapun. Ketika motivasiku menurun, aku
naikkan dengan mengaktifkan jangkar yang telah kutanamkan dalam pikiran bawah
sadarku. Ketika sekelilingku gulita, aku mengubah submodalities dan dunia
sekali lagi berwarna.
Aku tak perlu lagi larut dalam gelombang energy in motion yang diciptakan oleh motivator paling top seperti
Tony Robbins. Aku tak perlu lagi
memanggang telapak kakiku untuk memberanikan diri menghadapi tantangan, sebab
musuh terbesar, yaitu diriku sendiri sudah kutaklukkan. Musuh-musuhku lainnya tidak lagi berdiri di
hadapanku, mereka mendorongku dari belakang atau berjalan di sampingku. Aku bisa belajar di mana saja kapan saja dari
siapa saja, bahkan dari seorang bayi yang tak pernah putus asa ketika belajar
berdiri di atas kaki sendiri.
Bagaimanapun, rasa ingin tahuku mendorongku mendengarkan sebagian audio
aplikasi tersebut, sayangnya, aku tidak mendengar hal baru hingga selesai semua
tester gratis yang terdiri dari 29 tracks. Semuanya sudah pernah aku dengar
atau baca sejak 30 tahun yang lalu. Aku memutuskan tidak perlu menginvestasikan
uangku lebih-lebih waktuku. Ilusi sukses yang sempat memukau itu tentu saja
tidak ril, hanya ada di dalam pikiranku. Aku perlu menyadarkan diri agar tidak
terpesona dan mengingatkan diri tentang transformasi yang telah kulakukan
setengah abad perjalanan hidupku. Semuanya harus menghasilkan buah untuk
kehidupan yang lebih besar. Dan itu bisa terjadi bila aku merawatnya dengan
penuh perhatian dan kasih sayang.
Transformasi Diri
Bagaimana dengan kamu, kawan? Apakah kamu sudah tahu apa transformasi
yang diperlukan atau bagaimana melakukannya? Dari pengalaman aku bisa sarankan
beberapa langkah:
1. Tanyakan kepada dirimu sendiri: Apa yang
kuinginkan dalam hidupku? Tanpa sebuah goal, kita bagaikan kapal yang
terombang-ambing di lautan luas tanpa kompas. Untuk mengetahui lebih banyak
tentang goal setting silakan membaca: Tip-tipMerancang Gol, Well-formed Outcome dan Sukses Mencapai Setiap Tujuan.
2. Aku ingin menjadi siapa (bukan seperti siapa)? Banyak
orang sibuk menjadi seperti orang-orang lain. Ingat, kita harus menjadi diri
kita yang sejati, sebab kita tidak mungkin menjadi Tony Robbins, Bill Gates,
Steve Jobs, Mother Teresa, Barrack Obama atau salah seorang pangeran Arab. Kita
boleh mempelajari kualitas tertentu dari orang-orang yang kita kagumi sebagai
bahan untuk “membangun” pribadi sukses versi kita sendiri. Modeling merupakan
salah-satu cara yang dapat membantu bagaimana kita men-crack mental strategi,
neurological levels manusia hebat lainnya dan merancang versi diri kita. Jika
kamu masih di awal perjalanan karier profesional ataupun bisnis, ada baiknya
kamu banyak-banyak membaca biografi orang-orang sukses. Untuk menjelaskan “sedikit”
konsep modeling kamu dapat membaca: Menang Jadi Arang Kalah Jadi Debu: ModelingSun Tzu; Oprah Winfrey: Pengalaman Buruk Adalah Sumber Motivasi. Tentu saja artikel-artikel tersebut hanya bisa memberikan inspirasi, untuk mengetahui lebih banyak tentang modeling with NLP dan juga mengusai teknik ini sebaiknya berpartisipasi dalam workshop Cracking Success Code: Modeling with NLP.
3. Buat action
plan dan strategi mencapai apa yang kamu inginkan. Memiliki sebuah goal
atau banyak goals saja belum cukup. Kita harus rela bekerja keras
mencapainya. Bekerja keras saja belumlah
menjamin hasil yang kita ingin, kita perlu strategi-strategi yang tepat. Transformasi diri adalah bagian dari sebuah
strategi. Aku berharap, aku sudah tahu apa itu NLP ketika baru merantau ke
Jakarta tahun 1986, sebab dengan petunjuk dari NLP aku dapat melakukan
transformasi diri secara tepat dan tidak harus bekerja keras mencapai
tujuan-tujuanku. Itulah sebabnya aku sangat passionate
mengajarkan NLP kepada orang lain, utamanya kaum muda.
4. Jangan berhenti hingga tujuan tercapai. Teruslah
berusaha, jika kita mengalami kegagalan, kita belajar dari kegagalan. Tapi kita
perlu berperilaku flexible. Artinya bila cara kita salah, ubah caranya, bukan
mengecilkan hasil yang ingin dicapai.
5. Naik kelas: Jika satu tujuan telah tercapai,
jangan berhenti terlalu lama di sana, teruslah naik ke kelas yang lebih tinggi.
Bayangkan jika kamu adalah seorang pendaki gunung yang sudah berhasil mencapai
puncak gunung setinggi 3,000 meter dpl, dan ingin menaiki puncak lain dengan
ketinggian 4,000 meter, kamu kan harus berani turun meninggalkan kejayaan di
atas, lalu mulai lagi dari titik nol? Kan tidak mungkin pindah dari puncak yang
satu ke puncak lainnya tanpa memulai lagi dari nol?!
6. Berikan 10 kali lipat lebih besar daripada yang
kamu terima. Setiap kali kamu berada dalam kesempatan melayani jangan
memikirkan jumlah upah yang akan diterima. Tentu saja kita boleh menetapkan tariff
fee secara professional, misalnya untuk satu jam coaching aku menetapkan fee
US$ 250. Tapi begitu mulai bekerja, aku memberikan pelayanan senilai 10 kali
lipat atau US$ 2,500.
Mudah-mudahan
artikel ini menginspirasi kamu untuk menjadi pribadi berdaya sukses bahagia.
Pertanyaan-pertanyaan dapat ditujukan ke email erni.julia@gmail.com
atau meninggalkan komentar.
Comments
Post a Comment